BRENGSEK dan coreng moreng. Mungkin ini istilah yang tepat untuk menggambarkan wajah sepak bola Indonesia saat ini. Belum lagi isu suap dijernihkan, kini lagi-lagi terjadi adu jotos antarpemain dan penganiayaan terhadap wasit di lapangan hijau. Padahal, itu terjadi dalam turnamen Piala Kemerdekaan IV, yang justru diadakan untuk memperingati HUT Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Puncaknya terjadi di Stadion Utama Senayan Sabtu pekan lalu. Di partai pertama, ketika tim PSSI B berhadapan dengan Muangthai, wasit terpaksa menghentikan pertandingan sebelum waktunya berakhir. Sejak menit-menit pertama kedua kesebelasan sudah menunjukkan itikad tak sehat. Para pemain sudah tak lagi menyepak bola tapi lebih banyak menendang lawan. Celakanya, dalam suasana yang panas ini, Wasit Zulham Yahya ternyata mandul dan tak punya wibawa mendinginkan pemain. Akhirnya, seorang pemain Muangthai, Vitoon Kijmongkolsak, yang tak puas terhadap wasit, melayangkan bogem mentah ke arah Zulham. Kontan Wasit Zulham mengusir Vitoon keluar lapangan. Pemain Muangthai lainnya, Aris Kulasawadpakdee, memprotes keputusan itu. Akibatnya, ia juga terkena kartu merah. Muangthai, yang bermain dengan sembilan orang itu, semakin frustrasi, apalag setelah PSSI B unggul 3-0. Picu kerusuhan akhirnya meledak juga, hanya sekitar semenit setelah babak kedua dimulai. Semua pemain cadangan ikut berbaur ke tengah lapangan. Yang terlihat bukan lagi tontonan sepak bola, tapi perkelahian brutal. Ketika keadaan sudah diatasi, Wasit Zulham angkat tangan. Ia menghentikan pertandingan yang baru berjalan 4 menit itu. Suasana hampir serupa juga terjadi dalam pertandingan berikutnya, ketika PSSI A menghadapi Australia, yang berakhir dengan kemenangan tim tamu dengan skor 1 -0. Gol tunggal itu tercipta hanya lima menit menjelang pertandingan usai, hasil sundulan penyerang Australia Zlatko Arambasic. Padahal, sebelumnya ada pelanggaran yang dilakukan pemain Australia, yang menarik celana Kiper Eddy Harto sehingga penjaga gawang PSSI A itu terjatuh. Kekalahan itu memang menyesakkan. Padahal Indonesia hanya membutuhkan cerita untuk lolos ke final menghadapi Cina. Itu sebabnya, begitu Wasit Sutoyo meniup peluit panjang, Manajer Tim PSSI A, Andi Darussalam, menghampiri wasit dan menyalaminya sambil berkata, "Anda berhutang sama saya." Entah mengapa tiba-tiba kiper cadangan Ponirin Meka melempar sebotol Aqua yang masih berisi air ke arah wasit. Suasana pun langsung memanas. Beberapa pemain PSSI A lainnya sambil mengeluarkan sumpah serapah tampak berupaya menghajar wasit yang tak berdaya itu. Untung, sejumlah petugas keamanan segera dapat melindungi wasit. Masih dengan rasa penasaran kini Manajer Andi mendatangi Ketua Komisi Wasit, J opie de Fretes. "Wasit macam apa kamu?" teriak Andi. "Saya tak pernah minta dibela, tapi wasit yang memimpin harus adil, dong, cetusnya lagi. "Tenang dan sabar. Terimalah kekalahan dengan kesatria," tutur Kardono, yang tampak berupaya menenangkan emosi pemain pemain PSSI A. Akankah ada tindakan lanjut dari PSSI yang menindak ofisial dan pemain-pemain PSSI A dan PSSI B itu ? "Saya masih menunggu laporan," jawab Kardono kepada TEMPO. Manajer Andi kini tampaknya menyesal setelah mengkaji peristiwa itu kembali. "Saya sebenarnya tak pernah menyerang wasit, saya cuma menyalaminya saja." Hanya setelah itu, seperti diakuinya, "Saya memang sudah kalap. Begitu pedihnya hati saya, karena saya dikerjain. Saya sudah tahu wasit mana yang pernah menerima uang suap," ujarnya lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini