WAJAHNYA tampan. Posturnya yang atletis membuat penampilannya lebih serasi. Itulah Herman Sugandi, 33 tahun, yang kini dituding sebagai salah satu biang suap yang melumuti wajah persepakbolaan Indonesia. Benarkah ia seorang cukong suap, yang antara lain terlibat mengotaki kekalahan beruntun PSSI di Asian Games Seoul 1986 dan pre-Olimpik tahun lalu? Betulkah ia menjadi "dewa penyelamat" PSSI, ketika menyuap tim Muangthai dan Burma di SEA Games, Jakarta 1987, agar Indonesia bisa meraih medali emas ? "Bagaimana mungkin ? Susahnya, orang sudah mencap saya begitu. Jadi, keterusan ha ... ha ...," katanya ketika ditemui TEMPO Senin pekan ini. Namun, diakuinya bahwa dua tahun silam ia memang pernah "menggarap" tim Krama Yudha Tiga Berlian, Palembang, yang ketika itu beranding melawan Pelita Jaya, Jakarta, dalam kompetisi Galatama. "Saya kesal karena semua orang bilang Krama Yudha akan kalah. Nah, saya genjot dengan membayar pemain-pemain Krama Yudha supaya mereka main habis-habisan, dan terbukti menang lawan Pelita Jaya," kata Herman mengenang. Sejak itu, ia mengaku tak pernah lagi berurusan dengan soal sogok-menyogok. "Sama sekali tidak. Saya enggak pernah lagi bayar-bayar mereka. I swear," katanya sambil mengangkat kedua jari tangan kanannya. Malah ia cukup bermurah hati ketika memberikan kostum untuk pemain PSSI selama berlaga di SEA Games tahun lalu di Jakarta. "Saya ini seorang pecinta bola. Saya suka sedih melihat para pemain kita bermain dengan kaus yang molor-molor," kata Herman. Herman kini duduk sebagai ketua umum sekaligus pemain pada klub bola Dasarin. yang terdaftar di Persija Selatan. "Sejak dulu saya sudah main bola dan bergaul dengan pemain bola. Jadi, otomatis saya dekat dengan mereka," kata nya. Belakangan gaung tuduhan terhadapnya semakin keras. Namun Herman tetap bertahan. Kalau memang ada yang pernah merasa disuap oleh saya, silakan bawa di depan saya dan tunjuk muka saya," ujar Herman menantang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini