MASIH ingat film Latando Di Tanah Toraja dan Sanrego? Dua film
itu adalah produksi CV Alam Film Ujung Pandang sebelum secara
mendadak mandek 3 tahun silam. A. Latif Makka (disingkat Alam)
yang memulai karirnya sebagai tukang poret, tentu saja kembali
ke pekerjaan semula. Usahanya mendapatkan bantuan dari pengusaha
setempat, gagal. Tapi persahabatannya dengan seorang jenderal
yang gemar membuat film, aknirnya membuahkan hasil.
Jenderal itu adalah Hasan Slamet. Ketika jadi Pangdam
Hasanuddin, banyak ia membantu Alam. Tentu saja cara itu
bersangkut paut juga dengan potret memotret, meladeni pembuatan
kartu penduduk, misalnya. "Untuk sekedar menyalurkan bakat-bakat
pemuda di sini", kata Mayjen Hasan Slamet pada slamatan produksi
terbaru Alam Film yang berjudul Senja Di lantai Losari yang
diangkat dari novel Kolonel Djamaluddin Effendi kepala intel
Kodam Hasanuddin.
Ketika Alam Film siap produksi, Hasan Slamet sudah lama pergi
dari kota Angin Mamiri. Ia kini wakil panglima Kowilhan di Irian
Jaya. "Wah, kalian enak di sini, saya kesepian di sana", katanya
kepada sejumlah teman lama di ruang tempat slametan film pekan
silam di Ujung Pandang. Dan Hasan Slalnet yang makin asyik
dengan kamera itu, pada malam shooting pertama film "Senja Di
Pantai Losari" telah bertindak sebagai sutradara. Juru kameranya
bukan orang sembarangan: Brigjen Haji Sukma, Pangdam
Hasanuddin, dan Kolonel Haji M. Daeng Patompo, Walikota Ujung
Pandang. Orang yang mestinya juga paling bahagia malam itu --
novelnya jadi film terpaksa tidak bisa hadir. Sehari sebelum
acara yang dinantikan itu, Kolonel Djamaluddin mendadak terbang
ke Kemayoran. Ayahnya meninggal di Bogor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini