SANG Ratu telah mangkat. Agatha Christie, "ratu cerita detektif"
yang telah menghasilkan 90 buah buku itu meninggal lebih tua
dari Chou En-lai, perdana menteri RRT itu. Yakni, dalam usia 85.
Ia telah menciptakan tokoh Hercule Poirot, seorang detektif
Belgia yang bertubuh kecil, dengan kepala bak telur, kumis bak
sabut kena tir dan otak cemerlang bagaikan ahIi logika terbesar
setelah Aristoteles. Poirot, yang menjadi tokoh cerita detektif
paling terkenal setelah Sherlock Holmes, lahir waktu Agatha
Christie sibuk merawat para pengungsi Belgia dalam Perang Dunia
ke-I: para pengungsi itu telah mengilhaminya. Maka novelnya yang
pertama, 'The Mysterious Affair at Styles': ia tulis dengan
Poirot sebagai jagoannya. Tapi novel ini ditolak oleh para
penerbit -- dan baru muncul tahun 1920.
Kisah Poirot memang lebih memikat dari biografi penciptanya. Di
tahun 1975, Poirot mati: Agatha Christie nampaknya merasa perlu
mematikan tokoh ini dalam novel "Curtain: Poirot's Last Case"
Sebenarnya novel ini sudah ditulis 30 tahun sebelumnya, dan
direncanakan akan diterbitkan setelah si pengarang meninggal.
Tapi rupanya nyonya Christie dikaruniai umur lebih panjang. Di
tahun 1975 itu ia masih segar bugar, sementara Poirot-nya --
yang ia gambarkan sebagai penggemar coklat, makanan penuh kalori
dan sigaret Rusia -- mati kena penyakit jantung. Agatha Christie
sendiri mati setelah sakit-sakitan selama dua bulan, di rumahnya
di Wallingford, 47 mil di barat London.
Yang belum mati ialah tokohnya yang lain: Miss Marple, seorang
wanita tua yang konservatif, punya selera kuno, tapi juga
detektif yang pintar. Tokoh ini muncul dalam kira-kira 15
novelnya, dan setidaknya berhasil menolong pengarangnya di
saat-saat ia bosan dengan Poirot. Barangkali Miss Marple ini
tokoh yang lebih mirip dengan pengarangnya sendiri, meskipun
Agatha Christie selalu mengatakan bahwa ia tak akan tercem1in
dalam novelnya yang manapun. Ia seorang yang pemalu. Ia menulis
juga dalam nama samaran, Mary Westmacott, buat buku-buku yang
bukan cerita detektif. Untuk bukunya yang berisi cerita dan
puisi untuk anak-anak -- "Bintang Di Atas Bathlehem" ia memakai
nama Agatha Christie Mallowan.
Christie adalah nama famili suaminya yang pertama, seorang
kolonel yang menikah dengannya tahun 1914 dan bercerai tahun
1928 -- dengan hasil seorang puteri. Dua tahun kemudian ia
menikah lagi dengan seorang ahli arkheologi terkemuka, Sir Max
Mallowan. Waktu itu umurnya 40 tahun. Nyonya Agatha Christie
Mallowan selalu ikut dalam ekspedisi suaminya ke pelbagai
tempat untuk penelitian, dan beberapa kali mengunjungi Timur
Tengah. Tentang kehidupan dalam ekspedisi ini ia kemudian
menulis buku "Come, Tell Me How You Live" (Ayuhlah, Ceritakan
Bagaimana Kau Hidup).
Bagaimana Agatha Christie sendiri hidup tak terlalu banyak
diketahui. Ia yang lahir tahun 1890 di Torquay, Devonshire,
Inggeris itu pada mulanya kepingin jadi penyanyi opera. Tapi
karena tantangan kakaknya yang perempuan, ia mulai menulis
terpengaruh oleh pencipta Sherlock Holmes, Sir Arthur Conan
Doyle. Pada waktu perang, sewaktu Kol. Christie bertugas, ia
bertindak sebagai perawat, dan kemudian jadi ahli farmasi -- dan
mengenal soal racun, yang banyak muncul dalam kisah detektifnya.
Ia menyusun cerita-ceritanya sembari bergolek-golek di bak
mandi. Kerjanya cepat sekali. Ia bisa menulis satu novel
seminggu sekali. Di antara 1935-1936 misalnya ia bisa
menghasilkan enam novel. Baru agak belakangan ia tertarik buat
menuliskan naskah sandiwara, sebab ia tak senang orang lain
menuliskan cerita sandiwara berdasarkan novelnya. Suksesnya di
sini tidak selalu pasti. Tapi Mousetrap (Jebakan Tikus),
lakonnya yang paling digemari, bertahan di pentas sampai 23
tahun, mencapai 7.511 kali pertunjukan -- suatu rekor dunia.
Ketika berita meninggalnya tersiar, gedung-gedung teater di
London meredupkan lampu-lampunya. Tapi di dua tempat di mana
lakonnya dipanggungkan (yang satu "Murder at the Vicarage" dan
yang lain "The Mousetrap") acara jalan terus seperti biasa.
"Kami yakin beginilah yang dikehendaki Dame Agatha", ujar
sutradara "Mousetrap" Peter Saunders. Hanya lampu-lampu neon di
luar gedung dimatikan.
Siapa yang telah menonton film "Murder On the Orient Express",
kisah Agatha Christie yang dibintangi Albert Finney sebagai
Poirot, sebuah film yang memenangkan sebuah Oscar dan uang
sedikitnya US $ 17,8 juta, pasti tahu bagaimana layak
penghormatan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini