Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Keahlian warisan

Karimun, 59, selain bertani, juga mempunyai keahlian membuat topeng dan menari yang diperolehnya secara turun temurun. topeng yang dibuatnya, memerlukan waktu dan jenis kayu khusus.(pt)

15 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KARIMUN sudah 59 tahun. Pekerjaan utamanya adalah bertani. Tapi selama 46 tahun, dia mempunyai pekerjaan sampingan. Yaitu membuat topeng dan menari. Kalau ditanya dari mana keahliannya membuat topeng tokoh-tokoh Klono, Gunungsari atau Sekartadji dari cerita-cerita Panji, Karimun akan menjawab: "Dari bapak saya. Bapak saya dari embah saya, embah saya . . . " dan dia akan menyebutkan nama nenek moyangnya, paling tidak 5 buah nama ke atas. Sejak usia 13 tahun, Karimun sudah membuat topeng dan menari, yang kalau ditelusur ke beberapa ratus tahun yang lampau, bermula di zaman kerajaan Majapahit. Karimun yang berasal dari dukuh Kedungmonggo, sebelah barat daya Malang, Jawa Timur ini juga bisa membawakan tari dengan gaya khas. Sehingga gerak tarinya banyak menarik perhatian penonton Festival Seni Jakarta hari-hari ini. Cara ia membuat topeng tidak sembarangan. Mula-mula dicarinya kayu khas dari pohon kayu kembang, cangking atau pohon kenanga. Memotong kayupun harus dicari pada "hari yang baik". Setelah Karimun menetapkan hari kerja, diapun melaksanakan puasa mutih (makan nasi saja tanpa garam) selama 4 hari. "Supaya saya bisa memusatkan perhatian untuk mendapatkan wajah yang akan saya pahatkan di kayu," kata Karimun. Saat-saat membuat topeng tentu dicarinya di saat dia tidak sibuk di sawah. Dia memperkirakan telah membuat topeng sebanyak 400 buah selama ini. Keahliannya ini kini telah diturunkan kepada anaknya, Kaslan yang berusia 35 tahun. Bersama rombongannya yang jumlahnya 19 orang, Karimun telah berkeliling di kota-kota di Jawa Timur. Tapi "ke Jakarta baru sekali ini," katanya dengan dialek Jawa Timur. Di Jawa Timur, Karimun memasang tarif Rp 100. 000 untuk setiap kali main. "Tapi mengandalkan hidup dari wayang topeng ini gak biso unp," ungkap Karimun. Katanya lagi "Bagi saya, lebih baik saya ditonton orang sedikit tapi mengerti, daripada ditonton orang banyak yang tidak mengerti dan tidak menyukai kesenian ini."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus