LAKSAMANA (Purnawirawan) Muhammad Nazir, namanya muncul lagi di
koran. Bujang yang usianya 68 tahun ini, menjadi berita bukan
karena dia tiba-tiba jatuh cinta dan akan menikah. Kepala Staf
ALRI pertama ini, minggu lalu turut menanda-tangani "Yayasan
Lembaga Pengembangan Pengertian dan Kesadaran Berkonstitusi,
sesuai dengan UUD '45." "Saya turut menanda-tangani karena saya
cinta dunia pendidikan. Dan saya merasa terpanggil," katanya.
Tidak mempunyai rumah pribadi, Nazir kini tinggal di pavilyun di
atas garasi di rumah milik kakak perempuannya. "Saya memang
tidak dapat rumah dinas," ujarnya lagi, "apa memangnya masih
dinas, kok dapat rumah dinas."
Tidak mempunyai perusahaan, Nazir hidup cuma daridua pensiun.
Pensiun KSAL didapatnya Rp 80.000 sebulan dan dalam waktu yang
bersamaan, dia juga menerima pensiun Menteri Pelayaran (1957 -
1959) Rp 9.000. Ia, yang pernah menjabat Duta Besar di Swiss dan
Vatikan, punya resep hidup: "Hidup yang jujur saja. Hati bersih
dan jujur, supaya jangan cepat tua."
Dia memang sederhana dalam segala hal. Olahraganya juga
dipilihnya yang termurah. Jalan kaki sekitar 2 jam di pagi hari
dan Orhiba. Ketika ditanya mengapa tidak main golf, jawabnya:
"Tidak punya uang untuk beli stik. Tapi kalau golf itu cuma
jalan kaki, saya 'kan jalan kaki juga." Tidak begitu banyak
menuntut dalam hidupnya ini, termasuk juga tidak bersusah-payah
(rupanya) untuk mencari teman hidup. Kalau ada yang tanya
mengapa dia tidak menikah, jawabnya selalu: "Saya belum ketemu
jodoh."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini