'BENGAWAN Solo' bisa kemana-mana. Namun gesang, 66 tahun, sang
pencipta, tetap saja di Solo. Baru sejak tiga tahun ini
keadaannya lumayan, setelah dapat hadiah rumah di kompleks
Perumnas Palur, Solo. Ia juga tak kaget mendengar berita bahwa
Malaysia memasukkan lagu itu dalam 500 lagu asing yang
diharamkan. Menurut seorrang pejabat Radio & Talivishen
Malaysia, kepada pembantu "Suara Merdeka" Semarang, lagu-lagu
yang dmilai memuJa keindahan negeri orang tidak seronok untuk
diperdengarkan. Misalnya dari Prancis (I Love Paris), dari
Australia (Walzing Mathilda) dari Singapura (Singapura) dan
dari Indonesia yang disabet adalah Bengaqan Solo-nya Gesang.
"Biar sajalah", kata Gesang. Dengan tenang ditambahkannya,
"Mungkin Malaysia sudah puas menikmati laguku itu...".
'Bengawan Solo' dibuat Gesang di tahun 1944. Sejak itu lagu
tersebut berkumandang luas di mancanegara - termasuk Malaysia -
dan Gesang tak pernah kecipratan sepeser pun.
Bengawan Solo sekarang memang tak suka meluap lagi setelah ada
Waduk Wonogiri. Lalu apa kabar lagu 'Waduk Wonogiri' yang pernah
dipesan pimpinan proyek itu? "Belum jadi", sahut Gesang.
"Ilhamnya sel ret", tambahnya sambil mengurus koleksi burungnya:
ada ditcu, cocak ijo, kacer abang dan branjangan. Acara harian
Gesang yang hidup membuang itu memang bergaul dengan burung.
Tiap siang, ia duduk tenang ditemani segelas kopi, merokok, dan
menikmati kicau burung. "Saya harapkan dari suara burung itu
akan lahir lagi lagu baru", ujarnya, "entah apa namanya nanti
...."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini