"SETELAH banyak koran menulis tentang Imran, saya kembali
sedih," kata istri Almarhum Imran, Ny. Syahraini Batubara, 25
tahun. Bahkan beberapa hari ini, tambahnya, "Saya selalu mimpi
bertemu Imran". Ia tak berniat mudik ke Medan lagi, tapi sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Sudah sempat dites di
LBH. "Mungkin dia akan kami tempatkan sebagai juru tik atau
filing yayasan LBH," ujar direktur LBH, Abdurrahman Saleh - yang
juga anggota tim pembela mendang suaminya. Namun sampai pekan
lalu, menurut Ny. Syahraini, dia belum mendapat kepastian.
Ia kini berdiam di sebuah rumah petak berukuran 31/2 x 7 meter
di bilangan Cempaka Putih, yang dikontraknya Rp 200 ribu untuk
1/2 tahun. Uang itu sumbangan orang-orang Laksusda Jaya,
maksudnya buat ongkos pulang ke Medan. Sambil menggendong
anaknya yang bungsu, 18 bulan, Ny. Syahraini mengoreksi
ceritanya yang dimuat TEMPO minggu kemarin. Yaitu tentang
pertemuannya yang terakhir dengan suaminya, yang dikatakannya
terjadi 5 bulan lalu. "Saya mengatakan lain kepada TEMPO, karena
belum ada pengumuman pemerintah. Jadi saya takut," katanya.
"Sebenarnya saya ketemu Imran dua kali. Penama sehari sebelum ia
melarikan diri dan kedua beberapa jam sebelum eksekusi,"
tambahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini