UNTUK satu lagu ini, tak ada penonton yang berjingkrak atau ikut berteriak kendati yang menyanyi rocker panas Bangkit Sanjaya. Dengarkan: Tangis hanya akan menghalangi kepergiannya menuju gerbang agung di Surga/Tuhan pasti sayang padanya/Memberi bingkai indah lukisannya/Dan para bidadari di surga, dilukis dengan bunga di tangannya/Usah sedih/Usah sedih. Kamis malam pekan lalu itu Bangkit memang tampil agak lain di Gedung Olahraga Manahan, Solo. Selain lagunya itu dibawakan dengan khusyuk dandanannya juga dibungkus serba hitam: kemeja, celana, jaket, sepatu, sampai jam tangan. Lalu kepada sekitar 5.000 penonton Bangkit berseru, "Lagu ini berjudul Sang Maestro. Dibuat untuk mengenang . . . mengenang siapa?" Hadirin berteriak, "Affandi ...." "Benar," sahut Bangkit. "Lagu ini khusus saya ciptakan untuk mengenang pelukis besar Indonesia itu." Di belakang panggung Bangkit bercerita pada Kastoyo Ramelan dari TEMPO. "Saya ada tautan hati dan pikiran dengan Affandi," katanya. Bukan, bukan karena sebelum terjun ke panggung tarik suara Bangkit bercita-cita menjadi pelukis. Melainkan karena ia suka mengantar pamannya, pelukis Dullah, mengunjungi Affandi. Dan Bangkit sering ngobrol dengan sang Maestro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini