PENGHUNI kota Samarinda pasti mengenalnya. Namanya:
Burhanuddin.Mempunyai gelar Mas Ngebe. Tapi dari semua nama itu,
dia sering menyingkatnya saja jadi: B.M. Ngebe. Umurnya kini
sudah 60 tahun, Ngebe adalah pensiunan dengan jabatan terakhir
Wakil Gubernur Kalimantan Timur.
Biarpun telah pensiun, priyayi dari keraton Kutai ini tidaklah
berdiam diri. Hampir setiap hari, dia keliling dengan Toyota
Corolla. Selalu mengenakan stelan jas. Juga membawa tape
recorder dan buku KUHP berikut UU Pokok Agraria. "Cari bahan,
pejabat mana lagi yang menyeleweng", ujarnya. Dan penduduk
Samarinda selalu memberi julukan baginya The Saint, itu tokoh
detektip dalam film serial TV.
Kalau malam tiba, dibuatlah laporan apa yang didapat dan
dilihatnya siang hari. Ngebe memberi istilah laporannya sebagai
"laporan, koreksi dan kontrol" diketik sendiri rangkap banyak.
Paling tidak setiap hari ia membuat surat ke 20 alamat. Mulai
dari pers setempat serta para petinggi di Jakarta seperti:
Menteri Penertiban Aparatur Negara, Jaksa Agung, Kapolri,
Kopkamtib sampai Presiden. Macam-macam yang dilaporkan.Mulai
dari pejabat yang salah ucap sampai yang korupsi aau nyeleweng.
Tidak peduli apakah pejabat itu masih keluarganya sendiri.
"Tapi yang paling banyak, menyangkut diri Walikota Samarinda, H
Kadrie Uning", ujar Ngebe. Selalu, di bawah setiap laporan. ada
tulisan: "Kalau laporan-laporan saya ini tidak benar, tangkap
saja saya. Alamat tidak tersembunyi: jalan Meratus no. 110".
Tapi Ngebe toh masih bebas. Tidak diketahui apakah
surat-suratnya mendapat reaksi dari Sumarlin, Ali Said aau
pejabat lain. Cuma Ngebe mengaku: "Sejak Pebruari tahun kemarin
sampai Pebruari tahun ini, saya sudah menghabiskan kertas lima
rim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini