APAKAH hasil Turnamen Piala Suharto akan merubah wajah
Kesebelasan Nasional? Nampaknya pertanyaan ini masih bersembunyi
di hati para suporter PSSI. Tidak mustahil memang. Munculnya
Kesebelasan Jayapura sebagai juara Turnamen mengundang orang
untuk menjajagi lebih dalam potensi anak-anak Irian Jaya ini,
meskipun mutu Turnamen itu sendiri terganggu oleh mutu
perwasitan.
Sementara itu gambaran dari beberapa pemain inti team Pre
Olimpik PSSI terus terang tidak menunjukkan bentuk yang wajar.
Ronny Pasla di gawang hilang kemantapannya. Sutan Harhara, back
yang mempunyai hobi overlapping hilang keberaniannya. Anjas
tidak selincah bentuk normalnya. Andi Lala tidak mampu
mengembangkan kecepatannya. Oyong Liza dalam saat kritis mudah
tumbang dan Sofyan Hadi nampak ragu-rgu. Suaib Rizal dan
Junaedi pun tidak menuniukkan permainan seperti biasa. Tinggal
Iswadi dan Risdianto yang nampak bertahan - meski keduanya boleh
dibilang masih belum menurunkan kemampuan yang maksimal.
Off-Side
Menurut beberapa peninjau, merosotnya permainan anak-anak PSSI
di Kesebelasan Persija itu adalah wajar. Mengingat pengerahan
tenaga mereka mencapai puncaknya pada Turnamen Pre Olimpik.
Jarak di antara kedua Turnamen itu berdekatan--cuma dua bulan.
Meskipun hal ini menyatakan pula, bahwa sebenarnya pemain-pemain
PSSI belum siap dengan tuntutan profesional.
Tapi di balik itu, tak kurang pula yang menuding "biang keladi"
merosotnya prestasi Persija ke alamat Coach Sinyo Aliandu.
Pelatih Jayakarta yang tahun lalu sempat belajar di Inggeris dan
Eropa menjadi terkenal dengan taktik off-sidenya. Ia mencoba
mentrapkan off-side sistim yang pernah populer pada formasi W-M
ke dalam formasi yang memakai free-back dewasa ini. Dan yang
lebih penting, ia menempatkan posisi Ronny Pasla dalam keadaan
yang sulit. Orang tak habis berpikir apa maunya Aliandu. Apakah
ia ingin mengirit tenaga? Atau memang pemain belakang Persija
teknik dan fisik lebih jelek dari pemain Persipura? Sehingga
untuk 'jalan pintas disodorkan taktik off-side. Satu hal yang
jelas: sikap apriori untuk memasang perangkap off-side kentara
sekali - oleh penonton dan kemudian oleh lawan. Taktik itu bukan
timbul dari situasi yang wajar, yang biasa diterapkan dalam
sepakbola sekarang. Sikap apriori ini jelas mematikan
inisiatif,.merampas kebebasan pemain untuk berkreasi. Dan lebih
celaka lagi, taktik off-side seolah ingin menguji seorang wasit,
yang nota bene seorang manusia juga.
Mendesak
Lalu bagaimana dengan team Anniversary Cup PSSI nanti? Apakah
akan tetap berintikan team Pre Olimpik ataukah team Persipura,
ataukah kombinasi keduanya dikurangi dan ditambah berdasarkan
konduite terakhir para pemain 5 besar dalam Turnamen yang baru
lalu. "Yang jelas apa yang terjadi pada Persija dalam Suharto
Cup tidak boleh terjadi pada team Anniversary Cup", kata Iswadi,
Kapten PSSI, pada TEMPO. ''Bagaimana mungkin? Dua bulan kita
dilatih dengan sistim semacam itu, tapi masih belum jalan.
Apalagi kalau mau dipraktekkan dalam waktu yang singkat". Waktu
persiapan untuk menghadapi Turnamen Piala Ulang Tahun awalbulan
Juni, dirasakan Iswadi terlampau mendesak. Sampai pekan lalu
pimpinan PSSI belum lagi mengadakan-pemanggilan pemain. Tapi
bagaimana pun wajah team PSSI nanti, sebaiknya pemlihannya
diserahkan kepada seorang Coach."kata seorang pimpinan klub yang
tak mau disebut namanya. "Biarlah dia yang pilih, dia yang latih
dan dia pula yang menyusun". Persis seperti pada waktu Wiel
Coerver dulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini