TEPAT di akhir Besar, sehari sebelum Satu Suro, bertepatan 17
Oktober Soedjono Hoemardhani mantu. Siti Harjani, putri
kedelapannya memperoleh jodoh Hasan Indrajaya, keluarga Sunda.
Tentu saja pesta sederhana di rumah Jalan Diponegoro 61A itu,
yang dihadiri 300 pasang tamu, tidak dihadiri Presiden Soeharto
yang sedang mengadakan kunjungan ke luar negeri. Agak sayang,
memang. Menurut Saso Sugiharto, mantu pertama Pak Djono, hal ini
untuk mengejar bulan Besar yang menurut kepercayaan orang Jawa
bulan baik buat mantu. Bulan berikutnya, Suro, adalah bulan
untuk tirakat, tidak baik di bulan itu mengadakan pesta
pernikahan. Karena itu pula, upacara nganduh, mempelai
dilakukan malam hari itu juga di Balai Kartini.
Ini mantu kelima kalinya bagi Soedjono Hoemardhani. 63 tahun,
salah seorang Inspektur Jenderal Pembangunan. "Kami menerima
lamaran dengan senang hati," tutur Nyonya Soedjono Hoemardhani,
sehari sebelum pesta pernikahan. "Keduanya sudah berkenalan
sejak SMA." Kini Soedjono Hoemardhani mempunyai 5 mantu lelaki
dan 3 mantu perempuan.
Kedua mempelai, Siti Harjani, 23 tahun, dan Hasan, 24 tahun,
masih duduk di Universitas Trisakti. Yang satu diFakultas
Ekonomi, yang lain di Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur. "Kami
akan tetap menyelesaikan kuliah," kata Siti, salah seorang
anggota regu Soft Ball Nasional kita.
Dan karena kakak-kakaknya yang telah menikah tidak pernah
berbulan madu secara istimewa sehabis menikah, Siti pun tidak.
Yang jelas, "Mas Hasan akan mencoba mencari pekerjaan di samping
meneruskan kuliahnya," kata Titiek, panggilan sehari-harinya,
yang masih mempunyai empat adik itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini