RUMAH yang didiami Pelukis Affandi, 78, di pinggir Kali Gajah Wong, Yogyakarta, hampir sama keroposnya dengan pemiliknya. Bedanya? "Kalau kayu-kayu di rumah ini lapuk dan bisa diganti, tulang saya yang keropos ini tidak bisa diganti," kata Affandi, terkekeh-kekeh. Kini pelukis lanjut usia itu sedang tekun memimpin tukang yang memperbaiki rumahnya, yang berarsitektur aneh tersebut. Dan ternyata tak semua kayu bisa diganti. Dua tiang penyangga rumah itu, yang dipahat seniman terkenal I Cokot, tak akan digantinya. "Kalau dihitung, harga pahatan Cokot tersebut lebih mahal ketimbang rumahnya," ujar Affandi. Akhirnya, Affandi memeriksakan kedua tiang antik itu ke Universitas Gadjah Mada. "Jaringan otot-otot kayu itu disuntik dengan obat anti rayap," cerita Affandi. "Biayanya sekitar Rp 15 juta. Tapi itu tak soal. Yang penting, pahatan Cokot bisa selamat." Affandi menyamakan serangan rayap pada tiang rumahnya itu dengan kanker yang, katanya, menyerang dirinya. "Kalau kayu bisa disuntik antirayap, mungkinkah manusia bisa disuntik antikanker?" tanyanya. Ia kemudian membaringkan tubuhnya di balai-balai bambu dan mengatakan, pemugaran rumahnya ini merupakan usahanya yang terakhir. "Saya 'kan sudah tua, hampir finish."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini