PENGUSAHA terkenal T.D. Pardede, 67 tahun, dilanda risau
yang panjang. Bukan urusan bola atau hotel. Melainkan karena
istrinya meninggal setahun lalu. Tiap hari ia berada di dekat
makam ibu 9 anaknya itu.
Kakek 24 cucu ini mendirikan mausoleum mini untuk jenazah
istrinya yang dibalsem di depan rumah sakit 'Herna', Jl.
Majapahit, Medan. Dan 20 Mei ini -- persis setahun kepergian
Hermina boru Napitupulu, sang istri -- di sana ditaruh patung
mendiang yang terbuat dari pualam, khusus dipesan dari Italia.
Bangunan itu luasnya sekitar 30 m2, berdinding dan berlantai
marmar luar dalam. Ruangannya dilengkapi pesawat pendingin,
dan di samping makam ada kamar -- di situ amang Pardede berada
tiap hari. "Saya bukan mau sok kaya. Tapi semata-mata ingin
menunjukkan cinta yang maksimal kepada tunangan saya itu,"
katanya kepada Monaris Simangungsong dari TEMPO. "Dia teman saya
sejak miskin," tambahnya dengan suara parau "dia punya gagasan
besar dan mampu dengan teliti mengawasi perusahaan yang kami
bentuk, hingga tak sebenggol pun kebocoran."
Pembangunan rumah sakit 'Herna' (singkatan nama almarhumah)
diresmikan tiga tahun lalu tepat pada ulang tahun ke-50 wanita
itu. Kemudian mendirikan pabrik pemintalan kapas. Juga
pembangunan Universitas Dharma Agung, adalah sebagian gagasan
mendiang istrinya. "Dia bertangan dingin," ujar Pardede.
Pengusaha ini dulu punya temperamen keras. Sejak istrinya
meninggal, "dia sudah menjadi opung betul (kakek, maksudnya),"
kata seorang kenalannya.
Memang ia masih mengurus 7 hotel di berbagai kota di Indonesia.
Juga usaha perikanan, perkebunan, rumah sakit, universitas
maupun sepak bola. Namun tak sedetikpun ia pernah lupa pada
istrinya -- yang secara kental tetap disebutnya 'tunangan'.
Sempat empat tahun mengidap sakit jantung, upaya pengobatan ke
Selandia Baru rupanya sudah perjalanan terakhir sang tunangan.
Pardede lalu mendatangkan ahli pengawet jenazah. "Supaya tahan
puluhan tahun," katanya tercenung.
Mirip kisah Shah Jahan di India (1632) yang menunjukkan cinta
abadi kepada istrinya Mumtaz Mahal, lalu mendirikan Taj Mahal --
kini amang Pardede tak ingin berpaling ke perempuan lain. "Hanya
ada satu tunangan bagi saya. Dan dia sudah pergi. Untuk apa
kawin lagi?", katanya dengan suara dalam. Sehari-hari kini ia
lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan keinginannya yang
tersisa cuma satu: Ingin dikubur di sisi istrinya bila kelak
meninggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini