MENYANDANG gitar, berselempang kain ikat dari Bali, dengan rambut terurai, Ully Sigar Rusady terbang ke Nairobi. Di negeri Afrika itu ia menyanyi. Satu per satu pohon hilang/ satu per sau hutan hilang/ satu per satu datang bencana/ mengancam manusa .... Penonton keplok, bahkan ada yang bersuit-suit. Dan Ully Sigar menangis. "Saya sangat terharu dengan sambutan hadirin," katanya. Penonton itu, para pejuang lingkungan hidup sedunia yang sedang berkumpul di Nairobi, memperingati Hari Lingkungan Hidup 5 Juni. Dan Ully termasuk salah satu pejuang itu menurut UNEP, Badan PBB untuk Program Pelestarian Lingkungan Hidup. Hari itu 500 "pahlawan alam" menerima sertifikat karena perjuangan mereka selama ini. Dan Ully berada pada urutan ke-71. Ternyata, bagi UNEP pahlawan lingkungan hidup tak harus mereka yang memprotes pembunuhan masal Ikan paus, atau yang turun ke jalan dengan masker membawa poster tentang polusi. Ully pun adalah pahlawan, Lewat lirik-lirik lagunya yang mendendangkan satwa dan pepohonan, samudra dan udara cerah. Dr. Daniel Nicholas Stiles, pejabat UNEP yang mengamati para pengabdi ligkungan di Indonesia, rupanya selalu memantau nyanyian Ully. Di Nairobi, bukan para pahlawan lingkungan kalau tak mencoba masuk hutan. Maka, Minggu siang lalu Ully bersama empat pria bermobil menyusup ke gerombolan pohon dan padang ilalang Aberdare. Sialan, mobil masuk lumpur. Ketika mereka sedang mencoba mendorong, muncullah gajah. Dengan ketakutan semuanya masuk ke mobil, pintu dikunci. "Ada yang menangis serius karena takut. Syukur, gajahnya cuma numpang lewat," cerita Ully, yang tiba kembali di Tanah Air awal pekan ini. Lindungilah mereka yang masuk lumpur, ya, gajah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini