REPUBLIK Afrika Tengah dilanda pro dan kontra. Sebagian ingin melunakkan hukuman mati buat bekas kaisarnya, yakni Bokassa. Sebagian justru ingin mempercepat eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan pengadilan Jumat pekan lalu. Sejumlah tuduhan, menurut hakim, tak terbukti. Umpamanya, dakwaan bahwa Bokassa kanibalis, menyimpan kepala-kepala musuh-musuh politiknya dalam kulkas. Tapi bekas kaisar ini terbukti bersalah melakukan pembunuhan berenana, melakukan penahanan tanpa proses pengadilan, dan penggelapan uang negala. Waktu berkuasa, ia antara lain menangkapi lebih dari seratus anak sekolah, gara-gara anak-anak itu membangkang tak mau membeli baju seragam bikinan pabrik milik istri sang kaisar. Setelah digulingkan lewat kudeta, 1979, ia hidup di pengasingan, di Prancis. Pada Oktober 1985 ia mudih ke negerinya, berharap bisa kemali berkuasa. Yang ia alami, disekap oleh penguasa baru, Jenderal d'Armee Andre Kolingba -- yang anak sulungnya menikahi gadis Jawa lulusan Psikologi UI, Yumati Sawitri, tahun lalu. Dua ahun sebelum digulingkan, ketika pendapatan per kapita -- harganya cuma kira-kira Rp 60.000, Bokassa menghamburkan dana senilai Rp 12,5 milyar untuk membiayai pengobatan dirinya menjadi kaisar. Ia memang pengagum Napoleon Bonaparte. Bahkan sebagaimana Napoleon yang mengundang Paus ketika menobatkan diri menjadi kaisar, begitu pula kaisar dari Afrika Tengah yang masuk Katolik ini -- cuma Paus kala itu tak memenuhi undangannya. Bokassa, kini 66 tahun, ketika mendengar vonis hanya bisa sesenggukan, meratapi nasib.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini