SEBUAH lelucon bercerita begini. Golda Meir, Perdana Menteri Israel waktu itu, menelepon Richard Nixon, Presiden AS. Nyonya Meir mengatakan, Israel ingin membeli sejumlah tank baru dari AS. "Boleh," jawab Nixon. Malah dia menawarkan, Israel boleh mencoba selama satu minggu terlebih dahulu untuk menguji keampuhan mobil-mobil bermeriam itu. Maka, Israel pun merencanakan perang enam hari, dan pada hari ke-7 mengembalikan tank-tank itu ke AS. Perang itu memang benar terjadi, dan dua pekan lalu di Tel Aviv, ibu kota Israel, sejumlah bekas komandan Perang Enam Hari berkumpul, memperingati 20 tahun perang yang mereka menangkan. Sepanjang sejarah perang Arab-Israel, dalam adu senjata 5 sampai dengan 10 Juni 1967 itu, anak-cucu Nabi Jakob memang berhasil memukul tentara Mesir, Yordania, dan Syria. Mereka boleh bangga, memang. Tapi tak seperti dikisahkan dalam lelucon dalam buku Humor ala Yahudi, bukan pasukan tank Israel yang terutama membawa kemenangan. Melainkan pesawat-pesawat Mirage yang berhasil melumpuhkan kekuatan udara lawan sebelum bertempur. Perang Arab-Israel seperti tak habis-habis. Dua ras di Timur Tengah - anak-cucu dua bersaudara, Nabi Ismail dan Iskak - masing-masing merasa berhak atas Tanah Palestina. Sedikit saja muncul alasan untuk angkat senjata, bertarunglah mereka. Seperti halnya Perang Enam Hari itu, yang bisa ditarik ke belakang. Setelah Gamal Abdul Nasser berhasil menasionalisasikan Terusan Suez, 27 Juli 1956, tampaknya Israel mulai cemas. Gurun Sinai, masuk wilayah Mesir, menjadi perbatasan yang rawan antara dua negara. Dua kaki segiffga di sisi utara Sinai, sepanjang sekitar 215 km, satu sisi (barat laut) berbatasan dengan Laut Tengah, sisi yang lain (Timur laut) sepanjang sekitar 215 km juga, inilah perbatasan Israel-Mesir. Terdiri dari bukit-bukit pasir, wadi dengan pohon-pohon palem, dataran asing sepanjang pantainya, Sinai menjadi jembatan ideal bagi satu pihak untuk meloncat masuk ke pihak lain. Nasser membangun jalan-jalan di Sinai. Tentunya ini bukan sarana untuk perekonomian, tapi lebih sebagai jalan buat tentara. Di wilayah Gurun inilah, beberapa kali terjadi insiden militer antara Israel dan Mesir. Dengan alasan ini, antara lain, kemudian Golda Mesir memperkuat persenjataan Israel dengan membeli peralatan perang dari Prancis. Dan Mesir, melakukan hal serupa dari negeri-negeri Blok Timur, antara lain Cekoslovakia. Ketika insiden makin serius, PBB pun turun tangan, mengirimkan pasukan perdamaian untuk menjaga perbatasan di Sinai, pada 1957. Toh, tak sepenuhnya sepanjang perbatasan bisa dijaga ketat. Nasser, seorang yang radikal dengan nasionalisme yang tebal. Beberapa kali dalam pidatopidatonya, ia selalu menegaskan bahwa Tanah Palestina adalah hak orang Arab. Suatu kali ia berkata, "Kami merasa bahwa Tanah Palestina adalah tanah Mesir, dan tanah Arab. Kami merasa bahwa Tanah Palestina adalah bagian dari tanah kita, dan kami semua bersedia berkorban untuk tanah itu. Sementara itu, Nasser menutup Terusan Suez dan Teluk Aqaba bagi kapal-kapal Israel. Padahal, setelah membina hubungan ekonomi dengan berbagai negara, baik di Amerika maupun Asia, kedua pintu tersebut penting bagi perekonomian Israel. Ketegangan di wilayah itu semakin memuncak. Dan tiba-tiba Nasser mendesak Sekretaris Jenderal PBB, U Thant waktu itu, untuk menarik pasukan perdamaian dari Sinai. Entah mengapa (sejumlah pengamat mengatakan ini karena suasana poliffk di dalam wadah bangsa-bangsa itu sendiri) U Thant langsung menyetujui, dan pertengahan Mei 1967 Sinai kembali terbuka untuk bentrok senjata. Mohamed Heikal, redaktur harian Al Ahram, Kairo, menulis di korannya, dengan judul yang provokatif: "Bentrok Senjata dengan Israel adalah Keniscayaan - Mengapa?" la menulis, antara lain, bahwa ditutupnya Teluk Aqaba sangat memukul Israel. Sebab, negeri itu menghadapi masalah ekonomi yang cukup sulit, sekitar 100.000, hampir seperempat jumlah angkatan kerja seluruhnya, menganggur. Ditutupnya Teluk Aqaba - yang memisahkan Gurun Sinai dan Arab Saudi - berarti mematikan kegiatan pelabuhan Eilat yang terjepit di sudut utara. Lewat pelabuhan inilah perdagangan Israel dengan Asia dan Afrika Timur dilakukan. Juga, di sinilah minyak mentah yang diimpor dari Iran ditampung. "Saya yakin, bentrok senjata antara angkatan bersenjata Mesir dan Israel tak mungkin dicegah lagi. Itu bisa terjadi setiap saat, di mana saja, baik di darat laut maupun udara sepanjang dari Jalur Gaza di utara sampai ke Teluk Aqaba di selatan." Lalu Heikal menyimpulkan, "Tak ada alternatif lain bagi Israel selain menggunakan senjata .... Biarkanlah Israel memulainya. Biarkanlah kita menyiapkan pukulan kedua. Biarkanlah itu menjadi sebuah pukulan yang menentukan." Wartawan yang dekat dengan Nasser (dan kemudian juga presiden berikutnya, Anwar Sadat) itu benar. Israel memulainya, dan dengan telak. Dan tak cuma Mesir, tapi juga Yordania dan Syria, dua negara Arab di sisi timur perbatasan, digebuk Israel. Juga Irak. Mungkin ini disebabkan pada akhir Mei, lima hari sebelum serangan itu dilakukan, ditandatangani kerja sama pertahanan antara Mesir dan Yordania oleh Nasser dan Raja Hussein. Sebenarnya, pihak Arablah yang lebih dahulu bersiap sedia. Mungkin kekurangketatan rahasia, Mossad - dinas intelijen Israel - berhasil mengetahui gerak-gerik Mesir dan Yordania. Menurut pihak Arab, setelah perang usai, percakapan per telepon antara Nasser dan Raja Hussein tersadap oleh intel Israel. Senin pagi 5 Juni 1967, lebih dari 300 pesawat pengebom dan tempur Israel (ini sebagian besar sekali dari kekuatan armada udara Israel yang 350 pesawat itu) siap terbang rendah menghindari radar Mesir, lewat Laut Tengah guna menghindari radar Arab Saudi. Di bawah komando Mayjen Mordechai Hod, skuadron pertama menjatuhkan bom di sembilan pangkalan utama udara Mesir, termasuk dua di Sinai, pada pukul 8.45 waktu Mesir. Betapa akuratnya informasi pihak intel, boleh dikata Mirage-mirage itu tak mendapat balasan apa pun: pada jam tersebut sebagian personel angkatan udara Mesir sedang dalam perjalanan ke pangkalan masing-masing dari rumah mereka setelah sarapan. Dan pada saat itu pula penjaga radar dan piket pertahanan udara sedang diaplus. Maka, hanya di hari pertama itu, sebelum senja turun, dari 450 pesawat yang menjadi tulang punggung angkatan udara Mesir, lebih dari 300 pesawat berantakan tak bisa dipakai lagi. Itu antara lain terdiri dari bomber TU-16, Ilyusin 11-28, dan berbagai tipe MiG. Praktis, di udara Mesir tak berkutik. Dan siang itu pula, dalam satu gebrakan, Yordania dan Syria pun lumpuh di udara: 29 pesawat angkatan udara Yordania dan 60 pesawat Syria disapu habis. Dan selalu, pihak yang menang lalu melansir kisah-kisah yang bisa disangsikan kebenarannya. Misalnya, dokumentasi foto-foto menunjukkan tercecernya sepatu, topi baja, dan perlengkapan tentara Mesir di Gurun Sinai. Komentar Israel. inilah bukti betapa pengecutnya tentara Mesir dalam pertempuran. Beberapa tahun kemudian, Sana Hasan, seorang wanita Mesir yang tinggal di Yerusalem, mendapat cerita otentik dari Julio, serdadu Israel yang ikut bertempur di Sinai waktu itu. "Kamu ingat propaganda Israel dalam perang tahun 1967 tentang pengecutnya tentara Mesir?" kata Julio. "Katanya, mereka melarikan diri, meninggalkan sepatu mereka di gurun. Saya waktu itu ada di sana." Julio lalu menunjukkan foto tawanan perang Mesir sedang jongkok melepaskan sepatu di bawah todongan tentara Israel. "Kami menyuruh mereka melepaskan sepatu dan berjalan di gurun yang panas itu dengan tangan di kepala hingga kaki-kaki mereka berdarah. Ketika saya bilang kepada komandan mereka kehausan, ia menampar saya dan katanya, biar saja mereka mati." Perang ini mengakibatkan Mesir harus melepaskan Gurun Sinai dan Jalur Gaza, Yordania kehilangan Yerusalem Timur dan Tepi Barat, dan Syria harus melepaskan Dataran Golan. Nasser menundukkan kepala. Ia berniat mengundurkan diri, tapi rakyat Mesir menolak permintaan itu. Dan bahkan Presiden Mesir itu mendapat simpati Dunia Ketiga. Semangat seorang serdadu nasionalis yang pernah bertempur di Palestina pada 1948 itu bangkit kembali. Ia mencoba membangun angkatan bersenjata Mesir. Hasilnya belum sempat ia uji. Pada 28 September 1970, ia meninggal. Penggantinya, Wakil Presiden Anwar Sadat kala itu, yang sempat membayar kekalahan enam tahun kemudian. ======================================= KORBAN PERANG ======================================= TENTARA TENTARA PESAWAT GUGUR LUKA HANCUR MESIR 10.000 20.000329 SURIAH 2.500 5.000 60 YORDANIA 1.000 2.000 29 ISRAEL 689 2.563 2 ======================================== ======================================== PERBANDINGAN KEKUATAN ======================================== TENTARATANKPESAWAT ======================================== MESIR 240.0001.200450 SURIAH 50.000 400120 YORDANIA 50.000 400120 ISRAEL 264.000 800350 ========================================
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini