RUMAH masa kecil hidup kembali, ketika anak-anak Bung Karno dari Nyonya Fatmawati hadir di Istana Merdeka, Sabtu pekan lalu. Hari itu, ayah mereka, presiden pertama RI, memperoleh penghargaan sebagai Pahlawan Proklamator (lihat Laporan Utama). "Banyak sekali yang berubah. Langit-langit Istana ini, juga gordennya," kata Megawati, 39. Memang, masa kecil, bahkan remaja, kelima anak Bung Karno tersimpan di Istana itu. "Sekarang ukiran di langit-langit Istana diwarna emas," tutur Guruh, 33. Agaknya, Guruh, yang asyik menemani Mega melihat-lihat (kembali) bangunan Istana, kala itu suka sekali melihat ke atas. Warna putih seluruh langit-langit itu begitu berkesan dalam dirinya. "Sekarang banyak bangunan baru yang memakai bata merah," kata Mega, yang kini menjadi istri pengusaha. Kedua kakak beradik ini paling asyik mencari kenangan lama di sudut-sudut Istana, dibanding ketiga saudara mereka yang lain. Yang tak banyak bergerak, Sukmawati, 34. Sementara keempat saudaranya asyik bernostalgia atau menerima ucapan selamat, Sukma memilih duduk. Ia, malam itu, tampak pucat. Terkenang masa kecil? "Ah, tidak," jawabnya. "Paling cuma teringat selintas-selintas. Istana ini sekarang bagus, ya?" Lalu, ia kembali asyik dengan rokoknya. Adapun Rachmawati, 36, paling banyak berkomentar, dan tampak akrab berdialog dengan Nyonya Tien Soeharto. Kepada wartawan ia mengaku, "Kadang-kadang ingin juga berjalan-jalan kembali di Istana. Habis, saya lahir dan besar di sini, sih." Guntur, 42, yang paling tua, yang muncul dengan jas hitam model India, sempat terkenang masa lalunya ketika melihat sebatang pohon di halaman Istana. "Saya suka memanjat pohon itu. Bapak tak pernah melarang. Yang dilarangnya, menembaki burung," katanya mengenang. Mereka, putra-putri Bung Karno itu, meninggalkan Istana menjelang HUT Proklamasi, Agustus 1967. Dan tak pernah menengok lagi "rumah"-nya itu, sampai Sabtu pekan lalu, sembilan belas tahun kemudian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini