PADA umurnya yang ke-31, setelah sembuh dari luka-luka yang
diperolehnya dalam Perang Dunia I, DeWitt Wallace menerbitkan
nomor percobaan Reader's Digest. Tapi majalah yang berisi
ringkasan artikel yang bersifat umum dari berbagai penerbitan
lain itu, hanya disambut segelintir orang saja. RD awal itu
kemudian tak muncul lagi.
Kerugian Wallace daam usahanya, mendapat imbalan dari segi
lain. Salah seorang dari segelintir membaca RD awal itu adalah
Lila Bell Acheson, mahasiswi Macalester College -- perguruan
tinggi di Saint Paul, kota kelahiran Wallace, yang dipimpin oleh
ayah Wallace. Nona penggemar majalah baru itu dua tahun kemudian
menjadi istrinya.
Dengan semangat baru, kembali diterbitkannya RD, dikelola
bersama istrinya. Dari ruang bawah sebuah rumah di Greenwich
Village, New York City, majalah yang kini beroplag terbesar di
dunia itu dimulai: Februari 1922.
Melewati tahun pertama, RD dicetak 7 ribu eksemplar. Tiga tahun
kemudian, Wallace mampu membangun kantor sendiri. Dan pada 1939
majalah itu telah beroplag 3 juta. Waktu itulah edisi luar
negeri mulai dirintis: pertama kali untuk Inggris. Setahun
berikutnya, edisi dalam bahasa asing mulai pula diterbitkan.
Yang pertama edisi dalam bahasa Spanyol.
Kini RD terbit dalam 15 hahasa, dengan oplag sekitar 30 juta
eksemplar -- 18 juta beredar di Amerika Serikat, selebihnya di
162 negara lain.
Dalam perkembangan majalahnya seperti itu, Senin pekan lalu
DeWitt Wallace meninggal dunia dalam usia 91 tahun. Dikabarkan
ia menderita radang paru-paru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini