DENGAN uang US$ 25 (dua puluh lima) orang dapat pergi ke toko
alat olahraga atau toko serba ada dan menunjuk pistol yang
disenangi seperti menunjuk jam tangan. Dan kalau suka, senjata
itu dibungkus dan dibawa pulang. Ada juga syaratnya, yang dari
satu ke negara bagian lain berbeda.
Di Maryland, misalnya, asal anda 21 tahun, bertempat tinggal di
negara bagian itu (dengan menunjukkan SIM, atau kartu pengenal
lain) dan tidak pernah tersangkut kejahatan (surat keterangan
polisi), anda dapat memiliki senjata itu. Ada lagi syarat lain:
Senjata itu hanya boleh disimpan di rumah, tidak boleh dibawa ke
luar. Untuk dapat membawanya ke luar diperlukan izin lain. Dan
biasanya senjata tidak boleh dibawa melintasi negara bagian.
Dengan peraturan yang tidak begitu sulit seperti itu, lebih dari
50 juta senjata api berada di tangan perorangan di seluruh
Amerika Serikat. Jumlah ini tiap tahun naik 2,5 juta. Keadaan
inilah yang menyebabkan banyak rakyat Amerika menjadi korban
pembunuhan dengan senjata api.
Yang menjadi korban itu termasuk empat presiden -- Abraham
Lincoln, James Garfield, William Mc Kiniyi dan John F. Kennedy.
Sedang paling sedikit dalam lima peristiwa, Presiden Amerika
telah menjadi sasaran percobaan pembunuhan yang tidak berhasil.
Bekas Presiden Gerald Ford dua kali ditembak dalam dua peristiwa
terpisah tahun 1975 (keduanya oleh wanita). Presiden Harry
Truman (tahun 1950) dan Presiden Franklin Roosevelt (tahun 1933)
juga menjadi sasaran percobaan pembunuhan dengan menggunakan
senjata api. Sedang seorang presiden, Theodore Roosevelt pada
tahun 1912 ditembak. Tembakan mengenai dirinya, tapi ia dapat
sembuh. Dan yang terakhir, Presiden Reagan.
Sejak terbunuhnya Presiden Kennedy 1963) pendapat umum di
Amerika semakin membengkak: Agar diadakan pengawasan yang lebih
ketat terhadap pemilikan dan penggunaan senjata api. Dalam tiap
angket jumlah orang yang menghendaki pengawasan yang lebih ketat
itu selalu makin besar, tapi usaha mereka selalu terkalahkan.
Ini akibat lobby gigih yang dilancarkan oleh organisasi bernama
National Rifle Association (NRA).
NRA, dengan anggota lebih dari 1 juta, menyediakan hak
anggotanya memiliki senjata api tanpa gugatan. Sering
dikemukakan oleh golongan ini suatu alasan yang kuat bahwa
senjata api tidak membunuh orang, tapi oranglah yang membunuh
orang. Golongan ini juga sering menunjukkan bahwa penjahat akan
selalu bisa mendapatkan senjata api secara sah atau gelap.
Sehingga pengetatan pengawasan senjata api hanya akan
menghalangi orang baik-baik untuk mempunyai alat pembeladiri,
sedang pengaruhnya yang restriktif terhadap penjahat tidak ada.
Salah seorang pejuang pengetatan pengawasan senjata api ini
adalah Senator Edward Kennedy. Dua saudaranya tewas akibat
tembakan senjata api. Ia sudah mengusahakan perundang-undangan
yang keras mengenai pemilikan dan penggunaan senjata api oleh
warga negara biasa, sejak tahun 1963. Ia menunjukkan statistik
bahwa dua pertiga dari semua pembunuhan adalah karena mereka
memiliki senjata api.
Memang benar tanpa senjata api pun penjahat dapat menggunakan
alat lain seperti pisau. Tapi statistik orang Amerika yang mati
karena pisau hanya seperIima dari jumlah mereka yang mati karena
tembakan senjata api. Pengetatan pengawasan -- seperti
mengharuskan pendataran senjata api, pemberian surat izin dan
sebagainya akan memisahkan orang yang taat hukum dari para
penjahat, kata Senator Kennedy.
Bukan NRA saja yang anti pengetatan pengawasan, tapi juga
pemilik toko dan kaum kulit hitam yang menganggap senjata api
satu-satunya alat pembela diri.
Namun demam anti senjata api mulai tumbuh lagi sejak terbunuhnya
John Lennon di New York dan seorang dokter bedah terkenal di
Washington.
Demam ini semakin meninggi sekarang. Beberapa anggota Kongres
mulai mengajukan berbagai RUU, dari yang melarang pemilikan
pistol yang disebut Saturday Night Special, pistol murahan yang
gampang diperoleh, sampai ke pemberian izin kepada polisi untuk
memperoleh barang bukti meskipun dengan cara yang tidak sah, dan
keharusan mendaftarkan semua senjata api yang dimiliki
perorangan.
Sementara itu organisasi bernama National Coalition To Ban
Handguns (Koalisi Nasional Untuk Melarang Senjata Api) juga
mulai melancarkan lobby yang giat. Michael Beard, Direkturnya,
bertanya: "mengapakah di AS ini orang lebih mudah mendapatkan
senjata api daripada mendapatkan kartu perpustakaan?" Ia merasa
pasti kemudahan ini bertanggung jawab terhadap 22.000 kematian
tiap tahun. "Pada waktu Presiden Reagan ditembak 69 orang lain
ditembak juga di bagian-bagian lain Amerika," katanya.
Ironi dalam peristiwa percobaan pembunuhan Reagan adalah bahwa
Presiden itu sendiri tidak setuju pengetatan pengawasan, apalagi
pelarangan pemilikan senjata api oleh perorangan. Istrinya
sendiri memiliki senjata api dan Reaganlah yang mengajarnya cara
menembak.
Tetapi ada titik pertemuan juga antara pandangan golongan pro
dan kontra pengawasan senjata api ini. Kedua golongan itu
menginginkan hukuman bagi orang yang melakukan kejahatan dengan
menggunakan senjata api agar diperberat. Dan Reagan juga
sependapat.
Apakah usaha membuat UU yang lebih keras mengenai pengawasan
senjata api kali ini akan berhasil? Nelson T. Shields III, Ketua
Handgun Control Inc. (organisasi anti senjata api lainnya)
optimistis, mengingat sekarang generasi 60n, generasi John
Lennon mulai bangkit di belakang golongan anti. Tapi NRA yang
pro senjata api melihat rame-rame sekarang ini, seperti
rame-rame sebelumnya, akan mati ditelan angin setelah beberapa
waktu. Dan masyarakat diramalkannya akan masih dengan mudah
mendapatkan senjata api.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini