Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Meninggal Dunia

Dukut Hendronoto, 58, alias pak Ooq, meninggal dunia karena penyakit ginjal. Almarhum di tahun 1965 dikenal sebagai guru gambar di TVRI. Karya terakhirnya yang belum selesai, patung bung karno disalib. (pt)

6 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"KALAU terjadi apa-apa dengan saya, saya minta kaupulangkan saya ke Sala," demikian pernah Dukut Hendronoto alias Pak Ooq berkata kepada isterinya. Dijawab oleh sang isteri waktu itu: "Kok aneh-aneh, jangan begitu Pak. Tugas kita masih banyak." Permintaan Pak Ooq akhirnya bisa terlaksana. Sabtu 22 Arril yang lalu, tepat jam 12.00 siang, Pak Ooq sampai di Sala. Tanpa nyawa. Sehari sebelumnya Pak Ooq meninggal di RS Cikini, juga tepat jam 12.00 siang. Beberapa jam sebelum jenazah diangkut ke Sala, anak perempuan sulung Pak Ooq, Heni Hendrarti, telah dipercepat pernikahannya di hadapan jenazah ayahnya Rencananya, "kami akan menikahkan Heni dengan Suryono tahun ini juga," kata isteri Pak Ooq. Tapi sang ayah sudah ditentukan lain oleh Tuhan. Pak Ooq menderita sakit cukup lama juga. Semula diperkirakan encok. Kemudian bengkak-bengkak matanya, dan pergilah dia ke dokter mata. Kemudian lagi disarankan untuk pergi ke dokter syaraf. Belakangan ketahuan dia menderita sakit ginjal. Penyakitnya ini sudah terlambat diobati. "Bapak peramah, tapi keras wataknya," ujar ibu dari 7 orang anak yang masih memerlukan biaya semua. Nyonya Dukut sendiri hingga kini masih bekerja di Istana Kepresidenan. Rumahnya di Jalan Daksa II, bukan miliknya. Masih berdasar sewa yang bisa dibayarnya murah sekali. "Kini saya sudah mulai memikirkan untuk membuka pondokan untuk anak sekolah atau karyawati," ujar Nyonya Dukut. Dulu Pak Ooq tidak mau pindah profesi dari melukis. Sebelum 1965, Almarhum pernah jadi guru gambar di TVRI. Kemudian membuka les menggambar buat anak-anak. Semula gratis, tapi lama-lama ditarik bayaran juga walaupun murah sekali. Ternyata Pak Ooq tidak memberi pelajaran melukis saja, karena kepada anak-anak kecil ini diberikan pula pengertian cerita-cerita pertempuran pasukan Indonesia melawan Belanda dan sebangsanya. Di tahun 1955-an mobil Pak Ooq pernah berkeliaran di seputar Jakarta -- yang belum seramai sekarang. Mobil cilik liat itu digambarinya berbagai adegan orang membawa bambu runcing, pestol dan beberapa adegan pertempuran. Ada pula hiasan. Di salah satu sudut mobil ada tulisan "seniman kere". Dukut Hendronoto lahir di Sala 58 tahun yang lalu. Anak ke-7 dari keluarga besar yang punya saudara 14 orang ini, berada di Surabaya ketika pecah perang kemerdekaan. Di bulan Nopember tahun lalu, di Hari Pahlawan, Pak Ooq malah menyatakan dialah yang menembak Jenderal Mallaby Komandan Pasukan Komando Perdamaian Sekutu. Tapi rupanya pendapatnya tidak mendapat tanggapan. Selalu terus terang mengaku sebagai pengikut Sukarno, dialah satu-satunya seniman yang berani membuat patung Bung Karno, beberapa saat setelah Bung Karno meninggal. Tanggal 11 Maret 1970, "saya mendapat wangsit untuk membuat patung Pahlawan Revolusi RI," demikian Pak Ooq berkata. Kemudian siang dan malam patung itu diselesaikannya. Hingga kini patung masih berdiri menghadap ke jalan Gunarwarman di Kebayoran Baru. Tangan kanan Sukarno terangkat ke atas, di belakangnya ada simbol Garuda Pancasila, dan di atas kepala Garuda ada tulisan Arab yang berbunyi Allahu Alim. Di bawah kaki Sukarno, ada tulisan lagi: "Bung Karno lebih mentjintai rakjatnja dari pada dirinja." Di dalam rumah juga ada lukisan kebanggaannya: potret diri Sukarno. Karya Pak Ooq terakhir Bung Karno disalib. Salib dan tubuh BK dibuat dari semen putih yang tegak di atas banteng dari semen hitam. Di sebelah kiri depan tubuh BK (semula mengenakan sarung dan kaos oblong, kemudian berobah dalam posisi disalib bercelana pendek dan berpeci) ada seekor monyet yang sedang menengadah ke atas. Di bawah sebelah kanan, ada tulisan yang dibingkai 4 berbunyi: "Sebagai tumbal, kuserahkan diriku kepada Tuhan Yang Abadi" -- dan di pojok kanan bawah ada tulisan "Bung Karno". Pada alasnya ada dua mangkuk kaca berisi air dan kembang sesajian. Patung BK disalib ini rupanya belum selesai, karena masih dilindungi seng. Tapi pembuatnya telah tiada. Ketika dirawat di RS Cikini, Bung Hatta sempat menjenguk. Ketika meninggal, datang melawat antara lain Ketua Mahkamah Agung Prof. Oemar Senoadji SH, Nyonya Hartini Sukarno, Pak Kasur dan bekas Kapolri Hugeng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus