CANGIK, punakawan kurus pendamping para putri di dunia perwayangan Jawa, ganti nama menjadi Siti Parabola. Itulah lelucon dalang yang bukan sembarang dalang di Monumen Pers Solo, Sabtu dua pekan lalu. Dalang itu Ki Harmoko, Menteri Penerangan, yang cuma memainkan adegan Cangik dan emaknya yang gendut, Limbuk, selama 30 menit. Toh, cukup meyakinkan bahwa Menpen yang pernah belajar mendalang 10 tahun lalu, masih bisa melucu. Dialog dua punakawan menyinggung soal putus sekolah. Lalu kata Cangik, "Yung, jan-jane aku yo sekolah, mung laek metu. Yo is, aku tak mlebu maneh. Mlebu-metu kuwi kepenak," -- Mak, aku ini sekolah juga, tapi sedang tidak masuk. Baiklah aku masuk lagi, karena keluar masuk itu enak. Ucapan terakhir itu yang paling disambut riuh. "Sukses," ujar Harmoko seusai pentas ia memang punya persiapan sebelumnya. "Saya latihan dua jam bersama Anom Suroto." Tersebut belakangan memang dalang asli, satu guru mendalang dengan Menpen, dulu. Bila mereka bertemu dalam acara reuni Himpunan Budaya Surakarta (HBS), lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan sejak 1950 di Solo, itu memang direncanakan untuk memenuhi amanat sang guru, R.T. Syamsudin, yang ingin melihat dua muridnya mendalang bersama. Lakon malam itu tentu saja bukan Siti Parabola, tapi Wahyu Makuthoromo. Boleh dikata, ini pentas unik, karena semalam dalam satu layar ada sembilan dalang, semuanya bekas anggota HBS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini