KANJENG Gusti Pangeran Aryo Paku Alam VIII berulang tahun berkali-kali tahun ini. Yang pertama di Bali Room Hotel Indonesia, Jakarta, 5 November lalu, terakhir di Puro Pakualaman, Yogyakarta, 22 November besok. Di tengah-tengah itu masih ada perayaan, tapi kecil-kecil saja. Ini semua karena ia mencapai Tingalan Tumbuk Ageng atau sepuluh windu alias 80 tahun, menurut tahun Jawa, yang perlu dirayakan secara istimewa. Di Jakarta, perayaan diisi dengan peragaan busana khas Pakualaman dan pergelaran kesenian Jawa klasik. Di hari-hari penuh pesta ini Paku Alam justru teringat masa remajanya, ketika ia masih gemar dan kuat menunggang kuda. Suatu hari ia berkuda di jalan jelek, lalu jatuh. Kuda mati seketika, tapi Paku Alam sehat walafiat. "Apakah itu dinamakan gaib atau magis, saya tak tahu," kenangnya. Di usia kini adakah ia telah menyiapkan penggantinya, yaitu Paku Alam IX? "Yang menentukan itu Tuhan. Kita ini boleh berusaha jadi dokter atau presiden, tapi untuk menjadi raja, itu tidak bisa, semua Tuhan yang mengatur," katanya. Tapi, Gusti, bila Tuhan menghendaki seorang mahasiswa gagal jadi dokter dan ditakdirkan menjadi raja, bagaimana?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini