BEKAS Menteri di Zaman Kabinet Hatta dan Burhanudin Harahap,
Ide Anak Agung Gde Agung, 59 tahun, Ahad pekan lalu tiba kembali
di Jakarta, setelah awal Mei lalu berhasil memperoleh doktor
dari Universitas Utrecht, Denhaag. Tesisnya berjudul Perjanjian
Renville, Titik Balik Perundingan Indonesia-Belanda Ditulis
dalam bahasa Belanda.
Menurut ahli riset di Deparlu itu, yang mendorongnya mengajukan
tesis ialah Menlu Mochtar Kusumaatmadja sendiri. "Untuk tambahan
sejarah perjuangan kemerdekaan RI," katanya, menirukan Mochtar.
Dengan kemeja lengan panjang, dasi coklat dan celana wool
kelabu, bekas dubes berbagai negara di Eropa itu memang masih
nampak sebagai diplomat. Tesis dia kerjakan selama 1« tahun.
Bahannya dikumpulkan dari pengalamannya sendlri, darl wawancara
dengan pemimpin Indonesia dan Belanda yang di masa itu aktif,
dan dari sejumlah arsip tentang perjanjian Renville yang ada di
negeri Belanda.
Anak Agung memang tepat memilih waktu. Arsip pemerintah di
negeri Belanda yang telah lebih 30 tahun, dinyatakan sebagai
bukan rahasia lagi (arsip perjanjian Renville bertahun 1948).
Karena itu, ceritanya, ia banyak mengungkap hal baru.
"Misalnya terungkapnya kecurangan Belanda. Aksi Polisional II
ternyata direncanakan masak-masak oleh Belanda, meski sudah ada
perjanjin Renville," tuturnya.
Agustus nanti bapak dari 4 anak ini pensiun. "Tapi saya tak akan
diam. Saya akan mehulis. Masih banyak masalah belum diungkapkan,
antara lain tentang perkembangan ekonomi kita sejak kemerdekaan
sampai kini," katanya bersemangat. Dan tentu setelah pensiun
putra Bali ini kan mempunyai banyak waktu menonton lenong,
sandiwara Betawi yang amat disenanginya.
Satu keinginannya tesisnya diindonesiakan dan diterbitkan. Anak
Agung juga dulu penyumbang rubrik tinjauan luar negeri majalah
Star Weekly yang dipimpin almarhum P.K. Ojong -- sampai majalah
itu dibreidel pemerintah Sukarno.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini