SEJAK duduk di SLP, Medan ia sudah terjun ke dunia pentas.
Kesempatan pertama muncul film dalam Senja Indah (1957,
dibintangi antara lain oleh Titien Soemarni). Film terakhirnya
Cantik (masih dalam proses pembuatan) - disutradarai Fritz
Schadt.
Orang itu, Mansyur Syah, Kamis pagi pekan lalu, menghembuskan
napas terakhir di RS Tjipto Mangunkusumo. Mungkin tak ada yang
terkejut. Sudah sejak awal tahun ini, Mansyur seminggu sekali
harus menjalani cuci darah. injalnya tak beres. Untuk operasi
mengganti ginjal, sulit dilaksanakan karena ia pun mengidap
sakit gula sejak tahun 1970. Ia lahir 1936.
Untung, teman-temannya dengan rela membantunya. Antara lain dari
Yayasan Kesejahteraan Artis Perintis Film Indonesia, April lalu.
Bayangkan saja, sekali cuci darah harus keluar duit lebih kurang
Rp 100 ribu. Ia pun menanggung seorang istri dan empat anak --
anak sulungnya baru lulus SMP tahun ini.
Kecuali di panggung dan film ia pun termasuk sukses di teve.
Bergabung dengan Tan Tjeng Bok, Netty, Darussalam dan lain-lain
dalam "Senyum Jakarta" ia mengisi acara TVRI.
Kerja kerasnya, antar lain juga membuka perusahaan reklame yang
banyak membuat poster bioskop, menghasilkan sebuah rumah di
bilangan Cimanggis, Bogor, sekitar 30-an km arah selatan
Jakarta. Dan rumah itu baru dihuninya sekitar 1« tahun.
"Mansyur orang berbakat. Sayang, film Indonesia tak menyediakan
peran yang cocok guna mengembangkan bakat dia itu. Dia hanya
dianggap sebagai tokoh komidi, dan itu artinya bagi film
Indonesia tak lebih dari tukang melucu," kata seorang pengamat
film Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini