Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Dokter Ryu Hasan rutin meminum bir dan kopi hitam untuk memenuhi asupan kalori.
Ryu Hasan kerap mengunggah foto sebotol bir dan secangkir kopi hitam di akun media sosial Twitter-nya.
Kondisi tubuh dokter Ryu Hasan yang alergi terhadap nasi membuatnya hanya bisa menyantap gandum dan ubi.
DOKTER spesialis bedah saraf Roslan Yusni Hasan tidak pernah absen meminum bir dan kopi hitam. Hampir saban hari pula pria 58 tahun yang akrab disapa Ryu Hasan ini mengunggah foto dua minuman favoritnya itu di akun Twitter-nya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menyeruput bir dan kopi bergantian. “Ini untuk memenuhi kebutuhan kalori tubuh saya saja. Selain itu, kafein dari kopi dan alkohol pada dosis manfaat membuat kita lebih siaga,” kata Ryu saat ditemui di restoran salah satu hotel di Jakarta Pusat, Jumat, 17 Januari lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ryu mengatakan kebiasaannya meminum hasil fermentasi gandum itu berkaitan dengan kondisi tubuhnya yang alergi terhadap nasi. Pada orang kebanyakan, karbohidrat dalam nasi menjadi sumber kalori. “Saya bisanya makan gandum dan ubi-ubian. Saya bisa pingsan kalau makan nasi karena proteinnya berbeda,” ujarnya.
Karena kebiasaannya memajang foto sebotol bir dan secangkir kopi hitam, Ryu kerap dicibir pengikutnya di Twitter. “Ada yang berkomentar bahwa saya minumnya yang haram terus, maksiat kok dipamerin. Saya diamkan saja,” ucapnya.
Ryu menjelaskan, bir berkelir kuning terang yang dikemas dalam botol kaca bening yang menjadi kesukaannya hanya mengandung 4,5 persen alkohol. Alih-alih membikin mabuk, kata dia, untuk mencapai dosis manfaat saja dibutuhkan minimal 16 botol bir per hari. “Perutmu bisa mbledos (meletus) minum sebanyak itu,” ujar pria asal Malang, Jawa Timur, ini, terkekeh.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo