Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia tidak sekadar berlenggak-lenggok di atas panggung memamerkan kain batik Papua yang memang belum banyak dikenal secara luas itu. Dara bertubuh ranum ini dengan lancar menjelaskan asal-usul batik yang coraknya sangat berbeda dengan batik Jawa itu. ”Itu hasil karya empat suku di sana,” ungkapnya.
Motif batik pun, menurut penelusuran perempuan kelahiran Hannover 23 tahun silam itu, hanya tiga macam: burung camar, ikan, dan lunas perahu. Motif-motif itu dilukis di atas kain berwarna terang, seperti merah, kuning, dan hijau. Sederhana tapi unik. ”Motif-motif itu bermakna: masyarakat Papua adalah pekerja keras dan selalu bersyukur karena mendapat anugerah,” ulas duta WWF ini dengan lincah. Begitulah. Nadine, yang mengaku sejak kecil sudah suka alam Papua, sekarang semakin sayang saja pada wilayah ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo