Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Naik Haji

Maria ulfah soebadio bersama suaminya naik haji. bagi mereka naik haji lebih sebagai peningkatan pribadi daripada menunaikan rukun islam ke lima. (pt)

1 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"TADINYA saya ini orang rasional. Tapi selama haji saya tak ada kritik terhadap kekuasaan Tuhan," ujar Soebadio Sastrosatomo, bekas Sek-Jen PSI, 59 tahun. Ia dan istrinya, Maria Ulfah SH, berangkat haji 24 Oktober lalu dan kembali 10 November-bersama Hariman Siregar dan lainnya. Mengaku selama ini jarang sembahyang.lima waktu (meski "puasa dan zakat selalu saya kerjakan"), Soebadio yang dibesarkan oleh bapak yang taat beragama Islam dan ibu yang kejawen itu -- menyebut kepergiannya ke Mekkah itu "lebih banyak sebagai peningkatan pribadi daripada secara formal menunaikan rukun Islam kelima." "Tetapi setelah haji ini, saya akan laksanakan rukun-rukun yang lain, seperti sholat itu," sambungnya. Pengalamannya ketika menunaikan ibadah tersebut dikatakannya "sangat nikmat". Kemudian dia menunjuk peristiwa lain yang memberi kesan hampir serupa. Zaman Jepang, ketika berusia 24 tahun, jiwanya memberontak setiap kali melihat kawan-kawan seperjuangannya yang 'ditaklukkan' Jepang -- disuruh apel setia terhadap penjajah dan menyembah Tenno Heika menghadap Timur. Gejolak jiwanya itu "menimbulkan pengalaman mistik pada diri saya," katanya. Dia menjadi tidak takut kepada siapapun, kecuali Tuhan. "Tapi kepercayaan terhadap Tuhan saja tidak cukup untuk melawan imperialisme. Saya kemudian banyak membaca buku." Dan di Madinah itu, ketika rombongannya, termasuk istrinya, Ny. Saparinah Sadli dan lain-lain menziarahi beberapa tempat, Soebadio hanya tinggal di pengi napan sebab terserang demam yang dirasanya aneh. "Entah demam benar, entah fantasi saya saja," katanya. Yang jelas, waktu itu, sehabis sembahyang, tiba-tiba dia seperti mendengar suara gaib. Dan, "saya merasa bahwa dosa saya diampuni," ujarnya. "Benar-benar nikmat rasanya. Saya 'bertemu' Tuhan dan dekat denganNya." Dalam hidupnya, Soebadio pernah ditawan Jepang 3 bulan, ditahan Sukarno 5 tahun, dan terakhir 2 tahun ketika dituduh ikut menghasut mahasiswa dalam peristiwa 15 Januari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus