SULTAN Hamengku Buwono IX tentu saja bukan Pangeran Hamlet, meski sama-sama nanggap sandiwara. Hamlet, pangeran Denmark dalam drama Shakespeare, bermaksud menyindir pembunuh ayahnya lewat sandiwara. Adapun Sri Sultan mestinya tak punya ganjalan terhadap siapa pun di Keraton Yogyakarta. Bahwa kemudian grup Teater Gandrik dari Yogya yang ditanggap Sultan di Jakarta lalu menyuguhkan sindiran, itu soal lain memang. Dan di Anjungan Mataram, Taman Mini Indonesia Indah, Kamis malam pekan lalu Gandrik menyinggung Porkas yang ganti nama menjadi SOB. Bagi Gandrik, SOB atau Porkas sama saja merugikan rakyat kecil. Duduk di deretan penonton, Sri Sultan didampingi K.R.A. Norma Nindyokirono, mengangguk-angguk, kadang tersenyum. Sultan dan istri, tampaknya, menikmati betul pementasan ini, yang resminya ditanggap oleh Yayasan Guntur Madu yang salah seorang sesepuhnya adalah Sultan sendiri. Tentu tak mudah ditebak, apakah Sultan -- yang malam itu juga merayakan ulang tahun ke-77 menurut tahun Jawa -- setuju atau tidak dengan Porkas. "Pementasannya baik," komentarnya. Tapi mengapa pementasan dilangsungkan di Jakarta? Ini memang yang disebut kebetulan. Teater Gandrik memang merencanakan pentas di Taman Ismail Marzuki Jumat dan Sabtu pekan lalu. Untuk menambah uang saku, coba-coba pimpinannya "pasang porkas", minta sponsor Yayasan Guntur Madu. Eh, cocok, dan Rp 400.000 pun masuk saku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini