Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK kecil Olga Lydia selalu bingung melihat ”fenomena 21 April”. Kebaya di mana-mana. Tidak gadis mungil, tidak perempuan dewasa, semua sama saja. ”Saya tahu bahwa itu berkaitan dengan hari lahir Ibu Kartini, tapi apa hubungannya dengan kebaya?” ujar ”Sekretaris Kabinet” di tayangan Republik Mimpi itu penasaran. ”Apa karena di dalam foto itu Kartini mengenakan kebaya, itu jadi pesan utama?” ujarnya.
Walhasil, model dan pembawa acara kelahiran Jakarta, 4 Desember 1976, itu tak pernah mau mengikuti perayaan Kartini bila syaratnya harus menggunakan ke-baya. ”Kayaknya malah nggak nyambung dengan semangat persamaan hak perempuan,” ujar insinyur teknik sipil dari Universitas Parahyangan, Bandung, tersebut.
Lajang berpostur 170 sentimeter/47 kilogram ini bukan sekadar berteori jika sudah membicarakan persamaan hak. Kegiatannya di luar rumah seabrek. Sejak membuka pagi dengan sarapan bekatul—ini menu favorit Olga sebagai seorang vegetarian (betul, bekatul, bukan sereal)—ia bisa menclok di banyak tempat. Dari bisnis studio rekaman dan kursus vokal, lalu mengurusi catur nasional sebagai pengurus Percasi, syuting beragam acara televisi, sampai malam datang dan Olga harus menyempatkan diri mengontrol bisnis biliarnya di bilangan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Memang tak terbayangkan kalau semua itu diurusnya dengan berkebaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo