DIA tangkas, tetapi masih tetap feminim, dan kata-kata yang
keluar dari mulutnya selalu tepat dan cepat. Artati Sudirdjo,
Jumat 11 Juni lalu dilantik sebagai Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh republik ini untuk Pemerintah Konfederasi Swiss.
Mengenakan kebaya warna siklam muda dalam kombinasi yang luwes
sekali, Artati tidak tampang canggung harus berjajar dengan enam
duta besar pria lainnya. Mereka adalah Taufik Rachmat Sudarbo
(Senegal), Kris Noermatias (Republik Demokrasi Jerman, R.G.S.
Koesoemadigdo (Tanzania), Marsda TNI-AU Soebambang (Muangthai),
Ali Alatas SH (PBB) dan Alex Rumamby (Swedia).
Artati yang pernah mengecam Rechshogeschool di Batavia (kini
Jakarta) dan kemudian lulus sebagai Sarjana Hukum Universitas
Indonesia, memang tetap aktif di bidang hukum. Meskipun
tahun-tahun karirnya lebih banyak dihabiskannya di Departemen
Luar Negeri, Artati tak pernah lupa melibatkan dirinya dengan
ilmu yang pernah diraihnya. Menjadi Panitia Tetap Hukum
Humaniter di Departemen Kehakiman, Kelompok Kerja bidang hukum
yang sama di Lemhanas, mengajar di berbagai Sekolah Komando
(Sesko). "Pokoknya itu menjadi dasar kegemaran saya, di samping
mengamalkan ilmu," ujarnya.
Dan mantapkah dia akan tugasnya yang baru ini? "Iya," ujarnya
cepat. Setelah kedua anaknya besar, pos di luar negeri ini
diterimanya dengan lega. "Anak saya terkecil, laki-laki, tahun
kemarin sudah masuk ITB," sambungnya, "dan inilah saatnya saya
membaktikan diri kepada negara."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini