Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bilqis Prasista terlambat 3-4 tahun mengenal bulu tangkis karena awalnya diarahkan berfokus ke sekolah formal.
Ia menjadi perhatian setelah mengalahkan Akane Yamaguchi.
Gaya permainan Bilqis mirip ayahnya, Joko Suprianto.
BILQIS Prasista menjadi idola baru pencinta bulu tangkis nasional. Pemain tunggal putri peringkat ke-308 dunia ini mencuri perhatian di Piala Uber 2022 ketika Indonesia bertemu Jepang dalam babak penyisihan grup di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Rabu, 11 Mei lalu. Pemain 19 tahun itu mengalahkan pemain nomor satu dunia yang menjadi pemain tunggal utama Jepang, Akane Yamaguchi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya tidak menyangka bisa menang atas Akane, karena dia pemain nomor satu dunia dan memiliki banyak prestasi,” katanya melalui pesan tertulis kepada Irsyan Hasyim dari Tempo, Kamis, 9 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari itu Bilqis mengingat pesan orang tuanya agar tak gentar menghadapi lawan yang peringkatnya lebih tinggi. “Orang tua berpesan, kalau ketemu siapa saja, jangan takut dan selalu yakin. Sebab, tidak ada yang tidak mungkin sepanjang mau berusaha,” ujar putri pasangan mantan pebulu tangkis Joko Suprianto dan Zelin Resiana ini.
Joko adalah juara dunia 1993 dan ikut mengantar Indonesia menjuarai Piala Thomas pada 1994, 1996, 1998, dan 2000. Adapun Zelin menjadi bagian tim putri Indonesia saat menjuarai Piala Uber pada 1994 dan 1996.
Menurut Zelin, gaya permainan Bilqis mirip ayahnya. “Tenang, kayak lemes, kayak enggak ada ekspresinya,” ujar Zelin, 49 tahun, melalui pesan tertulis, Jumat, 10 Juni lalu.
Zelin mengatakan Bilqis memiliki teknik pukulan bagus, tapi kurang percaya diri dan kurang kuat karena baru berfokus bermain tepok bulu setelah lulus sekolah dasar.
Joko, 56 tahun, mengakui putrinya terlambat mengenal bulu tangkis karena awalnya tak diarahkan menjadi atlet. “Baru kenal raket saat kelas IV SD. Itu cuma main di kebun samping rumah,” tuturnya melalui sambungan telepon, Kamis, 9 Juni lalu.
Bilqis kecil, Joko menjelaskan, sempat berfokus mengejar pendidikan formal di Magelang, Jawa Tengah, sehingga tak punya banyak waktu berlatih.”Pas beberapa minggu pegang raket, eyangnya malah melihat bakatnya besar. Karena gaya pukulannya bagus, dia dimasukkan ke klub lokal,” ujar Joko yang juga mengakui Bilqis telat tiga-empat tahun mengenal bulu tangkis.
Bilqis awalnya bergabung dengan Perkumpulan Bulu Tangkis Wiratama, lalu pindah ke Solo, Jawa Tengah, dan bergabung dengan PB Purnama. Setelah lulus SD, Joko membawanya ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan Victory di Jakarta. Joko sendiri yang melatih anaknya. Dengan jadwal latihan yang padat, ia tak memaksa Bilqis menempuh pendidikan formal. “Tapi saya tetap meminta dia homeschooling meski cuma belajar satu-dua jam per hari, biar tetap ada bekal ilmu pengetahuan,” katanya.
Saat Bilqis berusia 15 tahun, Joko memintanya bergabung dengan PB Djarum agar mendapat lawan latihan yang levelnya lebih tinggi.
Joko merelakan Bilqis terjun ke bulu tangkis setelah melihatnya menangis karena kalah bertanding di Solo pada 2015. Kala itu Bilqis enggan beranjak dari lapangan. "Bilqis sempat cerita ke ibunya mau ketemu lawan itu lagi biar bisa ngalahin di pertandingan selanjutnya," ujar Joko sembari menambahkan semangat pantang menyerah membuat Bilqis bisa menembus pemusatan latihan nasional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pada 2019.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo