REPOT nian Poppy Dharsono, 40 tahun, Senin pekan lalu di Puri Agung Hotel Sahid, Jakarta. Ia membuat perhelatan bertema Rhapsody in Colours 1992, yakni pergelaran busana kolosal kreasinya sendiri. Poppy tak cuma mengurus apa yang tampak, juga yang tidak tampak oleh para tamu, misalnya di dapur mencicipi makanan. Dan Poppy menambah kerepotan itu dengan senyum manis dan jabat tangan lebih dari 700 tamu di pintu masuk. Tampaknya, ia memang berniat menjamu tamunya serapi mungkin. Hasilnya tak mengecewakan. Hidangan makan malam dengan menu Indonesia yang disajikan dengan gaya internasional itu sungguh nikmat dan acara pergelaran pun semarak. "Jakarta sudah jadi kota kosmopolitan. Itu sebabnya kreasi saya bergaya city look," katanya. Selain itu, ia mengaku prihatin dengan munculnya label asing seperti Escada, Laurel, atau Kenzo, yang menurut Poppy makin mendesak pasar garmen karya lokal. "Kalau desainer Indonesia nggak jeli, bisa-bisa kami ini cuma jadi penonton. Label asing itu akan melahap pasar kami," ujarnya serius. Itulah, maka ia tak segan untuk repot, termasuk menghimpun duit Rp 200 juta untuk menyelenggarakan perhelatan kolosal tadi. "Wuih, capek juga ya?" komentarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini