Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlatih senam sejak berumur enam tahun membuat pesenam putri nasional Rifda Irfanaluthfi sering berpindah sekolah. Saat duduk di sekolah dasar, tiap tahun ia harus pindah sekolah yang jam belajarnya tak bentrok dengan jadwal latihannya. "Kalau latihan sore, aku sekolah pagi. Kalau tahun depannya aku latihannya pagi, sekolahnya sore," kata Rifda, 18 tahun, Ahad pekan lalu.
Kebiasaan berpindah sekolah berhenti ketika pesenam asal Jakarta ini masuk sekolah khusus olahragawan, Sekolah Menengah Pertama Negeri Ragunan. Saat itu, ibu Rifda, Yuli S. Andriana, adalah guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah tersebut. "SMP hingga SMA tidak pindah lagi," ujar peraih medali emas nomor balok keseimbangan putri di SEA Games Kuala Lumpur 2017 itu.
Senam juga bukan satu-satunya olahraga yang ditekuni mahasiswa Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta ini. Saat Rifda duduk di kelas I sekolah dasar, sang ibu mengarahkannya menjadi perenang. "Dulu aku sakit-sakitan, enggak doyan makan. Akhirnya, Bunda mengarahkan ke olahraga dan aku memang punyabasicrenang."
Rifda sempat bertanding dalam sejumlah kejuaraan renang, termasuk di Singapura. Ibunya juga mengarahkannya menjajal panjat tebing. Tapi, saat di kelas II sekolah dasar, ia memilih senam dengan alasan senam mengharuskannya mempelajari berbagai macam gerakan, yang membuatnya tak cepat bosan. "Kalau tidak bisa satu gerakan, masih banyak gerakan yang bisa dipelajari. Gerakannya tidak habis-habis," tutur Rifda, yang menjadi tumpuan Indonesia di Asian Games 2018, Agustus mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo