Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjadi duta besar adalah pengalaman baru bagi Todung Mulya Lubis dan Muliaman Darmansyah Hadad. Selasa pekan lalu, Todung dilantik sebagai Duta Besar Indonesia untuk Norwegia merangkap Islandia, sedangkan Muliaman menjadi Duta Besar untuk Swiss merangkap Liechtenstein. Todung dan Muliaman adalah dua dari 17 duta besar baru yang dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara.
Pelbagai persiapan dilakukan Todung, 68 tahun, sebelum berangkat ke kantor barunya di Oslo. Awal Februari lalu, ia mengunjungi Kalimantan Tengah ditemani Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Vegard Kaale. Norwegia banyak menyoroti isu lingkungan sehingga, sebelum berangkat, Todung ingin melihat lahan gambut secara langsung.
Sesampai di sana, Todung kaget melihat warna air gambut. "Seperti warna Coca-Cola," kata ahli hukum ini ketika bersama Muliaman menjadi tamu #ngopidikantor di Gedung Tempo, Selasa pekan lalu.
Todung semula menduga air itu sudah terkontaminasi. Tapi Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Tengah Guntur Talajan membantahnya. "Biasanya air itu saya minum," ujar Todung menirukan Guntur. Karena Todung tak berani minum, Guntur memintanya mencuci muka dengan air itu. "Melihat saya cuci muka, Duta Besar Norwegia ikut cuci muka juga dengan air itu," ujar Todung, tertawa.
Todung pun sudah memiliki rencana saat berada di Norwegia. Ia ingin menulis hasil penelitian mengenai korupsi politik yang belum tuntas dikerjakannya, buku puisi, dan novel mengenai pengalamannya sebagai pengacara selama hampir 40 tahun. "Seperti John Grisham. Minimal satulah karena kalau di Jakarta tidak mungkin menulis."
Persiapan berbeda dilakukan Muliaman, 57 tahun. Selain mengikuti sekolah diplomatik sebagai persiapan menjadi duta besar, ia belajar menjadi diplomat lewat mengobrol dengan teman-temannya yang menjadi diplomat. "Belajar sambil jalan saja," ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2017 ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo