KENOP 15, rupanya memang kambing hitam. Betapa tidak? "Biaya
produksi sangat tinggi, sedang pemasarannya tidak ada
peningkatan," keluh Tuti Suprapto, 42 tahun, direktur 3
perusahaan film. "Bagaimana kita nggak rugi?"
Ibu 2 anak dan nenek 3 cucu ini yang sejak perceraiannya dengan
suami kedua tahun 1968 tetap menjanda, memberi gambaran suram:
"Dari sekian ratus pengusaha, sekarang ini hanya enam atau tujuh
yang lumayan. Dan saya, untuk menutup semua kerugian yang
jumlahnya ratusan juta, terpaksa menjual rumah di Jalan Kawi."
Rumah itu dijualnya 5 bulan lalu, dan sejak itu ia pindah ke
rumahnya di Jalan Cikini Raya. Tapi ia tak bangkrut betul. Masih
punya Mercy dan Honda Civic. "Saya mencoba bertahan dalam usaha
pembuatan film iklan dan dokumenter," ujarnya. Usaha itu
dikelola anaknya, Gatot Teguh Arifianto, dan "dapat memberi
lapangan kerja bagi karyawan film yang banyak menganggur."
Ia tak berniat kawin lagi. "Sebab perpisahan itu berat,"
katanya, sambil mengenang kedua perceraiannya. Hanya satu yang
diinginkannya, katanya, yakni naik haji. Masihkah ingin main
film? "Asal peran itu sesuai dengan saya dan umur saya,"
tuturnya. "Tidak mau seperti dulu lagi. Dulu 'kan saya masih...,"
ia tersenyum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini