REMAJA Indo yang ketiga adalah Ira Wibowo. Ia bukan Indo Ceko, tetapi Indo Jerman. Mahasiswi UI jurusan komunikasi ini lahir di Berlin Barat, 23 tahun yang lalu. Ira, yang juga artis film, ternyata hatinya selalu bergetar setiap tiba tanggal 17 Agustus. "Saya betul-betul merasa orang Indonesia," katanya. "Saya tidak punya pakaian atau ornamen budaya yang khas Jerman, apalagi pakaian tradisional Jerman," ujarnya lagi. Satu-satunya kebudayaan Jerman yang diwarisi Ira hanyalah bahwa ia lancar berbahasa Jerman. Delapan tahun lalu, ayahnya yang asli Indonesia dan ibunya yang Jerman pindah tugas ke Indonesia. Ira tentu saja ikut, lalu masuk SMP di sini. "Papa di Jerman bekerja di perusahaan swasta, sekarang sudah pensiun," ujarnya. Sewaktu duduk di bangku SMA Tarakanita, Ira sempat ikut upacara bendera di Istana Merdeka, yaitu Parade Senja -- upacara penurunan bendera setiap tanggal 17 yang bukan tanggal 17 Agustus. "Waktu itu, ih... merinding rasanya," katanya mengenang. Rasa merinding ini juga dialami Ira di Jerman, ketika suatu kali ia ikut marching band Indonesia. Itu karena ia mewakili nama Indonesia, bukan karena beraksi di tanah kelahirannya. Walhasil, kendati Ira masih sering berlibur ke Jerman, menengok rumah oma dan opanya, ia memang sudah menyatu dengan Indonesia. Tak ada istilah setengah-setengah. Toriq Hadad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini