"LAPOR! . . . Awaludin Djamin, Letnan Jenderal Polisi, telah
menerima tanggung jawab . . . maaf . . . tugas dan tanggung
jawab Kepala Kepolisian Republik Indonesia" laporan Awaludin di
depan Menteri Hankam M. Jusuf, 26 September lalu.
Sudah hampir 8 tahun Awaludin tidak atau jarang sekali
mengenakan pakaian militernya -- sejak diangkat jadi Direktur
Lembaga Administrasi Negara, Desember 1970. Upacara militer pun
tidak pernah ditemuinya tahun-tahun terakhir ini, lebih-lebih
ketika Awaludin diangkat jadi Duta Besar RI untuk Repuhlik
Federasi Jerman sejak September 1976. Karena itulah, langkah
Awaludin masih tampak santai saja ketika harus berjalan bersama
dengan bekas Kapolri yang dulu, Jenderal (Pol) Widodo Budidarmo.
Tali, tongkat komando dan tanda jabatan Kapolri seakan-akan
merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke-51 -- sehari sesudah
upacara.
April yang lalu -- ketika para duta besar RI dari negara-negara
IGGI berada di Jakarta -- kabarnya Awaludin mendapat tawaran
jabatan Kapolri ini. Tapi baru tanggal 21 September Awaludin
tahu pasti bahwa dia mendapat tugas baru. Seminggu sebelumnya
dia mendapat panggilan pulang dari Menteri Luar Ncgeri. Karena
rumah pribadinya masih dikontrakkan, Awaludin dan isteri
terpaksa menginap di Hotel Hilton - sementara ketiga puterinya
masih berada di Bonn.
Semuanya berjalan cepat. Jum'at 22 September Awaludin menghadap
Presiden, dan keesokan harinya sehari penuh latihan
baris-berbaris di Mabak. Senin 25 September, beberapa saat
sebelum dilantik Presiden, Menhankam M. Jusuf bertanya:
"Bagaimana, sudah pintar berbaris?"
Lulus PTIK tahun 1955, orang Padang ini pernah duduk sebagai
anggota DPRGR, Menteri Tenaga Kerja (1966) dan Deputy Pangak
Khusus merangkap penasehat Menteri Negara Penyempurnaan dan
Pembersihan Aparatur Negara) di tahun 1968. Ia menantu pertama
ir. Haji Djuanda dan salah seorang pendiri Imada (Ikatan
Mahasiswa Jakarta). Waktu itu, awal 1950an, ia mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kepada pers Awaludin hanya berkata "Belum berani bicara
apa-apa." Ketika pers mendesak lagi tentang rencana kerjanya,
dia berkata: "Masih memerlukan waktu untuk mempelajari." Ketika
didesak bagaimana cara mengatasi kekalutan tubuh Polri, dia
menjawab: "Sebagai bekas orang Lembaga Administrasi Negara, saya
baru akan bekerja setelah mempelajari."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini