Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGI Shanty, 28 tahun, berperan sebagai istri preman, pelacur, atau wanita kampung itu urusan kecil. Tapi lain ceritanya kalau dia mesti ”beradu akting” dengan kecoa. Pengalaman ”horor” ini dilampauinya saat syuting film karya Nan T. Achnas, The Photograph, yang mulai tayang di bioskop pekan ini. ”Jijik banget,” katanya. ”Satu dipukul, temannya menyerang.” Maka, dia pun mesti tega membunuh ”lawan mainnya” yang bandel-bandel itu.
Selama syuting, bukan cuma kecoa yang menguji ketabahan biduanita yang nama lengkapnya Annisa Nurul Shanty Kusuma Wardhani ini. Ia mengakui bahwa The Photograph adalah film tersulit yang dilakoninya. Dia mesti berlari-lari di rel kereta api di tengah hari bolong. Gadis Sunda kelahiran Jakarta ini juga harus menjalani adegan diperkosa dan dipukuli. Karena ini tuntutan akting, ”Saya harus kerja maksimal,” ungkapnya.
Mantan video jockey MTV ini menjadi Sita, penyanyi bar karaoke yang merangkap sebagai pekerja seks. Ia berteman dengan Johan, orang tua Tionghoa yang diperankan Lim Kay Tong, aktor senior dan guru teater di Singapura. ”Aku sempat minder, tapi lama-lama dia banyak mengajari aku,” tutur Shanty. Keduanya pun berjodoh dalam akting. Saking seriusnya, Shanty betul-betul mencucurkan air mata saat tokoh Johan meninggal. ”Sedih beneran,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo