CALON astronaut Indonesia, Dr. Pratiwi Pujilestari, 34, tenang-tenang saja, ketika Rabu pagi pekan lalu suaminya, Ir. Soedharmono, menyodorkan koran. "Ini, kamu harus baca," kata sang suami. Pratiwi langsung membaca berita yang ditunjukkan Soedharmono: Challenger meledak. "Gila, kok bisa meledak," kata Pratiwi. Cuma itu komentarnya. Pratiwi baru gelisah setelah menyaksikan rekaman televisi mengenai bagaimana pesawat ulang alik itu meledak pada malam harinya. Ia mengaku sampai tak bisa tidur. Apalagi, esoknya, Dito, anak tunggalnya, sepulang dari sekolah langsung berkata, "Ibu jangan perg, nanti nyasar ke planet Mars." Menurut Pratiwi, anaknya yang berusia delapan tahun dan masih di kelas tiga SD itu berkata demikian karena ditakut-takuti kawan-kawannya di sekolah. Kegelisahan Pratiwi itu tak sampai berlarut-larut. "Apa yang mesti ditakuti? Duduk di kursi saja pun bisa mati," katanya sambil menunjuk kursi yang didudukinya. Ia tetap bersemangat mempersiapkan keberangkatannya ke Pusat Angkasa Luar Johnson di Houston, awal Maret depan. Acara perpisahan dengan tetangganya, di kompleks perumahan Cinere,Jakarta Selatan, sudah diadakan pekan lalu. Sebelum terbang ke Houston Pratiwi sempat mengucapkan pidato ilmiah pada Dies Natalis UI ke-37 di Balai Sidang Senayan, Sabtu lalu. "Buat saya, pidato ilmiah itu lebih berarti daripada menjadi astronaut," katanya. Mengapa? "Mengucapkan pidato ilmiah bagi seorang peneliti merupakan penghargaan akademis yang paling tinggi," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini