DI tengah Jakarta yang hingar-bingar, pesinden tua dan Yogya, Nyi Tjondroloekito, 64, bertekad melestarikan macapat - tembang tradisional Jawa. "Demi pelestarian macapat itu, saya tak keberatan untuk tidak dibayar," katanya. Proyek pelestarian itu sudah dimulai di TIM Jakarta, dua kali dalam sebulan, bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta. Penontonnya lumayan, kebanyakan anak-anak muda. Dibantu anaknya, Retno Dewati, Nyi Tjondro mengundang penonton untuk meramalkannya. "Suara tembangnya macam-macam. Ada yang iramanya tak tepat, tapi tak apa. Yang penting, mencoba," kata Nyi Tjondro tentang usahanya di TIM itu. Suara pesinden ini masih tetap nyaring. Resepnya? "Saya tak pernah sedih," katanya. Ibu 12 anak ini tak punya pantangan makan. Suaminya, Tjondroloekito, 73, juga sibuk menghimpunkan lagu-lagu Jawa untuk usaha rekaman. Suami istri ini tak tahu apakah macapat bakal bisa hidup atau tidak di Jakarta. "Kalau tak lestari, paling tidak saya dan penggemar saya terhibur" kata Nyi Tjondro. "Supaya kuiit kita tidak cepat keriput."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini