Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Tentang otobiografi dewi

Ny ah nasution memberi komentar tentang otobiografi ratna sari dewi sukarno. katanya, tak benar suaminya mau membunuh presiden soekarno, sewaktu peristiwa g30s/pki. (pt)

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"PERCAYALAH pada suami saya. Dia tidak pernah bermaksud akan membunuh Presiden", demikian tulis nyonya Sunarti Nasution kepada Ratna Sari Dewi, di bulan-bulan sesudah G-30-S PKI,1965. Ini adalah komentar dari isteri Jenderal (pensiun) Nasution, setelah seorang wartawan Mainichi Shimbun akhirnya berhasil memuat otobiografi Dewi, yang kini dimuat secara bersambung di majalah Bungei Shunyu, yang biasanya menulis berbagai artikel juga karya-karya sastra. Harian Kompas berhasil menginterviu wartawan itu, yang kabarnya teman lama Dewi. Di sana disebutkan Dewi berkirim-kiriman surat dengan ny. Nasution, di saat gawat setelah G-30-S meletus. "Saya tahu Dewi, tapi saya baru pertama kali kenal setelah ada kejadian G-30-S", ujar nyonya Nasution, 52 tahun."Pada prinsipnya, saya ini menentang suami mempunyai isteri lebih dari --satu. Tapi karena keadaan waktu itu,kami berkorespondensi untuk pertukaran informasi. Tidak secara langsung tapi lewat seorang perantara. Saya tidak ingat di mana surat Dewi saya taruh. Juga tidak ada waktu untuk mencarinya kembali". Sementara itu Dewi rupanya menyimpan surat-surat nyonya Nasution dengan rapinya. Ny. Nasution (kini aktif dalam kegiatan sosial di BPKKS dan Dewan Nasional untuk Badan Kesejahteraan Sosial), mengatakan bahwa ada beberapa hal yang tidak cocok dengan tulisan Dewi. Katanya: "10 Oktober 1965, atas usaha Kostrad, pertemuan antara Sukarno - Dewi dan keluarga kami, berlangsung di Istana, untuk pernyataan bela sungkawa". Tapi tidaklah betul kalau Dewi mengatakan bahwa hadir pula malam itu Chaerul Saleh (alm,), Leimena dan Subandrio. Kata nyonya Nasution lagi. "Sebagai pemikiran setelah suasana itu, suami saya kemudian mengajukan 5 pasal cara-cara penyelesaian G-30-S, dan baru beberapa hari kemudian, para janda Pahlawan Revolusi kemudian diundang ke istana. Kami sendiri, tidak hadir dalam pertemuau itu". Usul jenderal Nasution waktu itu antara lain: mengangkat segera MenPangad baru (satu-satunya calon adalah Mayor Jenderal Suharto, kini Presiden), perombakan pimpinan AURI yang terlibat, pembubaran partai politik atau ormas yang terlibat G-30-S dan penertiban badan-badan intel yang jadi sumber fitnah. Nenek dari 3 orang cucu ini sekali lagi berkata: "Adalah fitnah belaka kalau suami saya mau membunuh Presiden. Dan hal ini sudah dijelaskannya dalam Pelengkap Nawaksara, ketika dia masih duduk sebagai Ketua MPRS yang melantik Suharto jadi Presiden". Juga disangkalnya tulisan Dewi yang mengatakan bahwa 9 Nopember 1965, Dewi telah menyelenggarakan suatu makan malam di mana hadir Leimena, Syarief Thayeb segala "Itu tidak betul. Menurut ingatan saya, yang hadir hanyalah keluarga Suharto, Nasution, Sukarno. Duta Besar Jepang Saito dan 2 orang wartawan Jepang untuk membuat foto. Usaha Dewi ini adalah usaha lanjutan untuk bagaimana sebaiknya mencari penyelesaian peristiwa G-30-S". Dalam buku Cindy Adams My Friend the Dictator. Ada juga disebutkan bagaimana Adam Malik menemui Dewi agar dia bisa membujuk Sukarno ke luar negeri. Tapi Bung Karno menolak karena "saya akan disangka melarikan diri.Dan Sukarno bukan orang yang macam itu", tulis Cindy Adams. Bungei Shunyu selanjutnya menulis pula tentang Hartini. Menurut Dewi: "Hartini adalah orang kiri. Tapi dia akan melakukan segala sesuatu untuk membuat senang laki-laki". Dewi percaya bahwa Hartini bekerjasama dengan Subandrio, yang menurut Dewi mempunyai ambisi jadi Presiden. Omar Dhani kepingin jadi Panglima ABRI dan Hartini akan puas jadi Ibu Negara. Tulis Dewi lagi: "Tahun 1963, berkat pimpinan nyonya Subandrio, Kowani pernah mengusulkan (membuat resolusi) agar Hartini dijadikan Ibu Negara". Biarpun bcberapa tahun yang lalu Kartika Sari telah berlibur ke Jakarta dan menginap serta diurus oleh Hartini dan Mas Agung, hal ini tidak memadamkan kebencian Dewi terhadap Hartini. Maklum, sesama isteri dari satu laki-laki. Kata Dewi lagi: "Saya pernah bertanya pada Bapak, mengapa dia menikahi Hartini. Dijawab karena semua orang menentang Hartini. Diakui oleh Sukarno, hal ini nyaris mengorbankan kursi kepresidenannya". Dewi sendiri pernah mengaku pada Cindy Adams mengapa dia mau kawin Dengan Bung Karno: "Karena di balik kegemerlapan pakaian kebesarannya, dia adalah laki-laki yang kesepian dan sering murung. Berdasarkan buku harian Dewi Bungei Shunyu juga memuat tanggal (21 Maret 1966) di mana Dewi main golf dengan (waktu itu) Pd. Presiden Suharto. "Memang Dewi waktu-waktu itu berusaha keras untuk membantu mencari jalan penyelesaian yang paling baik buat suaminya", kata Sunarti Nasution. "Saya tidak kenal Dewi sebelumnya. Sampai saat ini saya bertemu Dewi cuma 4 kali. Dua kali bersama Sukarno ketiga kali ketika Bung Karno meninggal dan sekali lagi ketika anak saya sakit dan saya bawa ke Tokyo. Bertamu dengan Dewi di sana. menurut pendapat saya, dia cantik. Itu sudah pasti. Juga dia pintar, Baik dalam berdiplomasi.lebih dari itu saya tidak tahu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus