Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Wina, sebelum pindah

Markas opec di wina, jadi perhatian orang. untuk menyambut sidang opec kali ini wartawan dari berbagai penjuru dunia datang meliput. diberitakan markas ini tak lama lagi pindah ke jenewa. (eb)

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sesudah embargo minyak dicabut pertengahan 1974, barulah negara konsumen sadar bahwa minyak dunia kini dikuasai oleh beberapa gelintir negara saja. Perhatian dunia kini beralih ke Wina, di mana markas besar OPEC berada, dan yang selama ini tak menarik banyak perhatian. Lukisan di bawah ini dipetik dari buku Anthony Sampson yang terkelal itu, The Seven Sisters. TAK ada kota di Eropa yang menggambarkan masa lampaunya secara megah selain Wina. Jalan yang berliku di bagian kota lama. bangunan kuno dengan arsitekturnya yang megah, gerbang-gerbang dan gapura, semuanya mengingatkan kepada Maria Theresia, Metternich, Havdn, Mozart. Melewati belokan jalan di depan gedung opera dan balai kota tampak satu gedung dari marmer putih dan dipintu gerbangnya terbacaTEXACO karena di sinilah anak perusahaan minyak AS itu bermarkas. Tapi di antara tulisan pada kuningan juga terbaca ORGANISATION OF PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES (OPEC): Ist and 2nd Floors. Tak ada satupun tanda di sekitarnya yang menandakan bahwa di gedung inilah bermarkas satu kekuatan finansiil terbesar dalam sejarah. Pada umumnya tak ada yang menarik di gedung ini. Dinding dalamnya penuh dengan gambar-gambar dari beberapa anggotanya. Gambar tangki minyak dari Iraq, gambar penyulingan gas-minyak dari Libya, gambar kapal tangki di satu pelabuhan Arab Saudi. Di kiri kanan lorongnya terdapat kamar buat para ahli statistik-dan ahli ekonomi OPEC. Juga beberapa kamar untuk para sekretaris yang kebanyakan berbangsa Inggeris dan Austria. Mereka sibuk sekali bila OPEC mengadakan pertemuannya. Di tingkat atas satunya lagi, duduklah sang Sekjen OPEC posisi yang tak begitu megah dan yang selalu berganti setiap dua tahun.Pada tahun-tahun kritis itu, saat di mana OPEC membuat sejarah, jabatan Sekjen ini dipegang oleh Dr. Abdurrachman Khene dari Aljazair, yang tingkahnya cocok dengan titelnya, seorang dokter: penyabar dan lembut. dan dengan kumisnya yang kecil melilit dan ikat pinggangnya yang lebar dia nampaknya tak begitu tertarik dengan perobahan kekuatan yang tiba-tiba. Kepada seorang wartawan dia bilang bahwa yang berobah bukan kekuasaan, tapi kenyataan yang mesti dihadapi Barat. Negara Barat katanya mesti bersedia untuk hidup lebih hemat demi kebaikan Dunia Ketiga. Sekarang dia sudah diganti oleh M.O. Feyide dari Nigeria. Selama bertahun-tahun OPEC tak banyak menarik perhatian orang. Konperensinya tak lebih menarik daripada satu kongres ormas buruh. Tak banyak wartawan yang mengkovernya. Tapi begitu harga minyak meledak pada akhir 1973, semua mata berpaling ke gedung yang suram di Wina ini. Dan ketika rapat tahunan OPEC diadakan pada tahun 1974 Wina menjadi pusat perhatian dunia. Wartawan yang datang kali ini bukan saja yang berasal dari Petroleum Intelligence Weekly atau Middle East Economic Survey, tapi dari semua surat kabar di dunia dari yang ternama sampai yang tak dikenal. Wartawan-wartawan mereka sampai di Wina masih belum tahu persis apa itu arti buy-back, equity, discount, dan apa pula itu posted prices? Menjelang pertemuan-pertemuan OPEC, pesawat-pesawat terbang berdatangan dari Caracas Lagos, Kuwait dan Jakarta. Empat buah hotel terkemuka penuh dengan nama-nama yang susah diucapkan. Di Hotel Imperial di seberang gedung Opera, di mana Wagner pernah tinggal satu suite khusus berwarna kuning menanti kedatangan Jamshid Amouscgar dari Iran. Di Hotel Inter-Continental, di tingka paling atas kamar nomor 1141 sedang dipersiapkan untuk kedatangan Sheik Zaki Yamani. Pada resepsi pembukaan, ruang resepsi penuh dengan wartawan dengan jepretan kameranya yang menyilaukan. Satu per satu delegasi bermunculan: Abdul Rahman Atiqi, Menteri Minyak Kuwait melangkah bangga dengan senyum yang menarik kumisnya yang tebal - dia punya tiga juta barrel sehari - sepersepuluh produksi OPEC. Berikutnya muncul Dr. Amozegar, mulutnya siap melucu - dia punya enam juta barrel sehari. Dia berbisik pada seorang wartawan bahwa dia tak setuju dengan tindakan tiga negara yang menaikkan harga minyak secara sepihak sebelum pertemuan dimulai. Lalu muncul Menteri Minyak Iraq Ahdul Karim, pucat dan cemberut lalu pemimpin delegasi Venezuela, Dr. Hernandez kelihatan intelek tapi angkuh. Mereka menuju satu ruang konperensi yang cukup sempit, lalu duduk di kursi yang disediakan menurut bendera negara yang terpasang. Di meja pimpinan duduk M. Bouy-Boutzit pemimpin delegasi Gabon. Di sekitar meja perundingan nampak berbagai warna, berbagai wajah hitam, merah, putih, tak ada persamaan yang bisa dibayangkan, kecuali minyak. Lama sesudah para delegasi ini duduk, muncullah satu Mercedez hitam di luar gedung. Pintu terbuka dan ini dia, Sheik Zaki Yamani, dengan pakaian jas hujannya berwarna hitam melangkah keluar tersenyum dan tangan siap menyalam para penjemputnya yang siapa lagi kalau bukan wartawan? Mikropon-mikropon mengelilingi mukanya dan kawat-kawat nampak seperti ular. Sambil berjalan masuk dia terdengar menegaskan beberapa kata: "harga harus turun, harga harus turun..." Suasana itu mungkin akan berulang kembali di tempat lain, kalau markas besar OPEC itu betul jadi pindah dari Wina. Peristiwa pembajakan para raja minyak di Wina tempo hari rupanya menimbulkan rasa was-was beberapa anggota OPEC. Wina agaknya sudah dianggap tak aman lagi. Kesempatan ini tentu saja tak diliwatkan oleh Jenewa, kota konperensi internasional yang terkenal di Swiss itu. Maka ketika ke-13 anggota OPEC itu secara mendadak mengadakan pertemuan yang tertutup rapat di Jenewa 2. April lalu, penjagaan yang teramat ketat dari pemerintah Swiss itu agaknya ingin membuat para minyakwan itu lebih betah untuk kumpul di Jenewa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus