YUDO Hadianto asal Sala. Mulai main bola sejak 1960, seangkatan
dengan Sutjipto Soentoro yang kabarnya kini jadi pelatih
Kesebelasan Krakatau Steel (dan keluar dari PSSI tahun 1970).
Umur Yudo cukup lumayan untuk seorang penjaga gawang, 34 tahun.
Karena faktor ini pula dia minta berhenti secara baik-baik
sebagai penjaga gawang nasional. Juga karena sudah muncul bibit
baru yang masih muda: Ronny Pasla.
Datang pertama kali ke Jakarta, Yudo bergabung dengan
Kesebelasan UMS. Kemudian pindah ke MAESA, balik lagi ke UMS,
loncat ke Kesebelasan SETIA. Terakhir main untuk Persapja,
kesebelasan kantornya (Pertamina). Juga karena merasa repot
urusan kantor (Yudo kabarnya di bagian perjalanan PN Pertamina),
tahun kemarin dia minta berhenti sebagai penjaga gawang itu
tadi.
Hidupnya ternyata tidak kapiran. Malah boleh digolongkan kaya.
Ketika masih jaya di persepakbolaan, Yudo memang terkenal hemat
an selalu menghitung setiap sen yang masuk dan keluar dari
koceknya. Teman-temannya menggolongkan Yudo sebagai sahabat
kikir.
Tapi gerak hematnya ini menghasilkan simpanan yang berarti:
sebidang tanah di bilangan Pasar Rebo seluas 3.000 meter persegi
dan sarat dipenuhi pohon rambutan. Juga berhasil memiliki empat
buah rumah.
Anaknya 4 orang. Isteri Yudo, Veronica, juga pintar cari uang.
Asal dari Motoling, kota kecil di Sulawesi Utara, Veronica kini
buka restoran di Pintu IX Senayan. Consita, demikian nama
restoran Yudo, bukan sembarang restoran: semua masakan dimasak
dalarn bambu. Gaya Manado. Tidak lupa, masakan khas Manado (dan
Batak) berupa erwe, daging anjing. Kabarnya restoran cukup
ramai. Tidak kurang 75 orang pengunjung memenuhi ruang yang ada
meja bilyarnya segala. Siapa-siapa yang jadi langganan?
"Banyak," jawab Veronica, "Ada petinju, pemain bola, penyanyi.
Namanya? Ah, nggak usah disebut ah. Karena erwe juga enak sih."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini