KAMIS, 8 September. Semula acara akan dimulai jam 09.00. Tapi
mundur 2 jam --"karena bapak masih repot " demikian keterangan
Hubungan Masyarakat Dirjen Pos & Telekomunikasi, yang secara
tiba-tiba mengundang wartawan untuk konperensi pers dengan topik
macam-macam.
Dan tokoh yang akan memberi wawancara pun tokoh yang paling
banyak disebut-sebut di awal 1977, dalam kasus Palapa:
Suhardjono. "Saya dengar wartawan mau bantu saya," kata
Suhardjono membuka konperensi. Tapi ketika acara tanyajawab
sampai, Suhardjono lebih senang tutup mulut -- dan menyilakan
stafnya bicara.
"Memang tugas wartawan itu kok sukanya mencari-cari kejelekan,"
ujar Suhardjono lagi, sementara sebatang rokok di tangannya.
"Dan tugas saya tentunya merahasiakan kejelekan." Tentang
pungli, ada dikatakan: instansinya paling bersih dari pungli.
Pemberantasan pungli dilakukan sudah -- jauh sebelum Sudomo
mengaktifkan pemberantasan pungh, katanya.
"Saya ini tidak suka kejutan," tambah Suhardjono. "Wong yang
namanya terkejut itu jelek. Yang enak itu kan yang smooth. Lha
kalau bolak-balik terkejut, kapan selesainya." Konperensi pers
pertama ini dinilainya sebagai "tidak banyak manfaatnya. Waktu
banyak terbuang." Suhardjono, 54 tahun, adalah Ketua Pordasi
(Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia). Kata-katanya,
dengan gaya santai: "Saya ini lebih tak dikenal, lebih senang.
Luput dari sasaran-sasaran." Dan yang hadir pun grr.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini