Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Berita Tempo Plus

Ulang tahun guruh

Guruh sukarno putra berulang tahun ke-40. perayaan dihadiri lb murdani, ali sadikin dan para artis swara mahardika. pemotongan tumpeng diserahkan kepada ibu hartini.

23 Januari 1993 | 00.00 WIB

Ulang tahun guruh
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KETIKA Guruh Sukarno Putra memotong tumpeng untuk menandai hari jadinya ke40, Rabu malam pekan lalu, hadirin terdiam sejenak. Mereka menunggununggu kepada siapa tumpeng diberikan. ''Jodoh itu mungkin ada, mungkin tidak. Mungkin saja ada di ruang ini, malam ini,'' kata Guruh bertekateki. Karena kemungkinan kemungkinan itu tak terjawab, tumpeng diserahkan kepada Ibu Hartini. Harry de Fretes, pembawa acara, nyeletuk, ''Mudahmudahan tahun depan sudah ada yang menerima tumpengnya.'' Ucapan ini segera diralat, setelah ia dibisiki Eyang Laksminto Rukmi, guru tari yang bagi Guruh sudah dianggap orang tuanya. ''Oh, kata Eyang, tahun depan sudah pasti ada calonnya,'' kata tokoh Boim di Lenong Rumpi ini. Konon, calon itu sudah ada sejak dua tahun lalu. Menhankam Jenderal Benny Moerdani, yang menghadiri acara itu, berharap Guruh cepat ketemu jodoh. Tapi, karena Boim nyeletuk sudah ada calonnya, Benny cukup memberi saran dan doa saja. ''Beri dukungan, Pak?'' celetuk wartawan. ''Ah, kalau dukungan tidak perlu. Kan Rapim sudah selesai,'' kata Menhankam sambil tertawa. Saat Ali Sadikin menyambut, suasana tambah meriah. ''Wah, dua calon presiden berdampingan,'' kata seorang hadirin. ''Kita memang samasama calon presiden,'' kata Bang Ali. ''Bedanya, Guruh mencalonkan diri, saya dicalonkan. Persamaannya, keduanya samasama nggak laku,'' lanjutnya sambil tertawa. Sebagai orang tua, Bang Ali menyarankan agar Guruh tidak kasep berkeluarga. ''Kalau makin tua makin berat. Kita sudah tua, anak masih kecil. Seperti saya ini, umur sudah 65 tahun, tapi masih punya anak umur 3,5 tahun,'' katanya disambut geerrr. Acara ulang tahun itu diisi tari, nyanyi, dan ada pula pekik ''Merdeka!'' dari anakanak muda Swara Maharddhika. Titi D.J., Andri Sentanu, Denny Malik, dan Harry de Fretes secara spontan menggelar tari yang pernah mereka pentaskan tahun 1979 lalu. ''Kalau bisa, ulang tahun Mas Guruh dua kali setahun,'' kata seorang anak muda. Tepat pukul 24.00 Guruh meniup lilin di atas kue ulang tahun. Ini bukan tradisi keluarganya, dan agaknya Guruh dipaksa. Karena itu, Guruh berkata, ''Kita anggap saja lilin ini angkara murka yang masih ada dan bercokol di sini. Mari, kita tiup ramairamai, kita padamkan angkara murka ini.'' Lilin pun ditiup ramairamai. Huss.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus