AKANKAH tari Bedaya Ketawang digelar di Keraton Solo pekan depan, saat jumenengan Pakubuwono? Orang boleh menebaknya karena ini masih tekateki. Soalnya, sembilan penari membelot karena tersinggung dengan ucapan orang dekat Sunan Pakubuwono XII yang menganggap tanpa Bedaya Ketawang tak apa apa. ''Ini kritis. Sama halnya suatu penghancuran dan penikaman pada tradisi Keraton,'' kata Kus Murtiyah, 33 tahun, anak Pakubuwono XII, yang ke25 dari 35 bersaudara. Kus terus membujuk penari (dari keluarga istana) agar tetap melakukan tugasnya. Anehnya, Kus sendiri malah mengundurkan diri. Ia digantikan Roro Eko Kadarsih, masih kerabat Raja. Alasan Kus, ''Ini sesuai dengan krenteg (bisikan hati),'' katanya. Bedaya Ketawang adalah tarian ritual selama dua setengah jam. Para penonton -- termasuk raja -- tak boleh bicara, tak ada asap rokok, tanpa suguhan makanan. Tari ini menggambarkan ungkapan rindu, cinta, dan birahi Kanjeng Ratu Kidul kepada Sultan Agung, raja Mataram. Malah ada yang percaya, saat digelar, sosok Kanjeng Ratu Kidul akan muncul sekilas di antara para penari tadi. Jadi, apa Ratu Kidul akan muncul pekan depan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini