SEBAGAI aktor tiga jaman yang sampai sekarang mengandalkan hidup dari main film, Raden Mochtar, 67, ternyata tak terusik dengan kerepotan Festival Film Indonesia (FFI) yang diselenggarakan di Bandung. "Walau saya tinggal di Bandung, dalam soal perfilman, saya masuk Parfi Jakarta," katanya. Karena di Bandung tidak tercatat, sementara di Jakarta mungkin sudah dilupakan, Raden Mochtar meragukan bakal menerima undangan untuk menghadiri FFI. Tapi ia bangga karena film dokumenter produksi Jawa Barat yang ikut meramaikan FFI dimainkan keluarganya. Film yang berjudul Nilai-Nilai Luhur itu dibintangi istrinya, Sukarsih, yang juga aktris kawakan, dan dua orang cucunya. "Sampai ada yang menyebut itu film borongan Mochtar, karena main sekeluarga," katanya. Raden Mochtar sudah main film -sejak 1936. Film Pareh (1936) dan Terang Bulan paling berkesan baginya. "Tapi kedua film itu belum saya lihat," ujarnya. "Waktu itu, tidak ada preview seperti sekarang. Begitu selesai main film, saya pulang ke Tasik. Apa komentar Raden Mochtar tentang aktris film sekarang? "Beraninya minta ampun. Mungkin ingin cepat tenar sampai berani buka-buka baju segala," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini