SEPULUH wanita berbusana terbaik tahun ini: nyonya-nyonya Titi
Purwosunu, Pipi Suharnoko Harbani, Sumarah Adhyatman, Haryani
Marjono, Siti Aminah Praptokusumo Sugandhi, Latifa Sulaiman,
dra. Tuti Indra Malaon, Kuraesih Sumhadiwlnadinata, Prof. Dr.
Bintari Rukmono dan satu nona: Francisca Warastuti. Yang
terakhir adalah Ratu Indonesia 1975 dan pernah pula jadi Ratu
Jakarta dan Miss Moomba Festival di Melbourne.
Tiga dari 10 wanita tersebut memiliki salon kecantikan: Titi
Purwosunu, Siti Aminah Praptokusumo Sugandhi dan Hariyani
Marjono. Hariyani adalah isteri dari dokter pribadi Presiden
Suharto, dr. Marjono, wong Sala yang selalu dendi dan pernah
pula terpilih sebagai Pria Berbusana Terbaik tahun lalu.
Dua wanita pernah pula terpilih untuk pemilihan ini: Titi
Purwosunu, 5 tahun yang lalu dan Pipi Suharnoko Harbani, 4 tahun
yang lalu. Pipi yang suaminya pernah menjabat duta besar di
Kamboja, kini aktif dalam Ratna Busana, perkumpulan yang
mendiskusikan dan merancang busana daerah.
Muka-muka baru tahun ini: dra. Tuti Indra Malaon, dosen sastra
Inggeris pada FSUI dan juga pemain sandiwara dan film. Latifa
Sulaiman adalah isteri dari Kuasa lsaha Afganistan, Kuraesih
Sumhadiwiriadinata, kini menjabat Ketua Womens International
Club.
"Saya tidak mengira terpilih", demikian ujar Bintari Rukmono,
ibu dari dua orang anak dan yang tertua sudah 17 tahum Tambahnya
lagi: "Berpakaian rapi adalah keharusan buat saya". Kalau lagi
praktek dokter atau di laboratorium tentu saja Bintari selalu
mengenakan seragan dokter. Kalau mengajar, "saya pakai rok
biasa yang sesuai dengan potongan tubuh saya". Ia tidak pernah
membeli pakaian di butik, cuma sesekali pergi ke salon kalau
men-set rambut. Nasihatnya "berpakaianlah sesuai dengan apa yang
dimiliki. Saya mengenakan kain kebaya kalau ada resepsi saja".
Waktunya cukup padat: dua kali seminggu buka praktek di rumah,
dosen Parasitologi di FKUI dan juga koordinator Badan Konsultasi
Mahasiswa UI.
Nyonya Sumarah Adhyatman, orangnya kecil, ramping. Dia membantu
suaminya dalam perkumpulan keramik, terutama mengurus keramik
Adam Malik yang akan dimusiumkan. Adhyatman adalah staf ahli
Menlu Adam Malik. "Dalam berpakaian sekarang ini, lebih
ditonjolkan ke soal kepribadian dan bukan kekayaan", ujar
Sumarah. Dia turut pula menyusun buku tentang tekstil kuno dalam
musium tekstil. Tidak pernah beli pakaian di butik dan katanya,
tidak pernah pergi ke salon.
"Wah, saya tidak mengira akan terpilih lagi Iho", ujar Titi
Purwosunu, tetap awet muda, dan menarik. Umum banyak berpendapat
bahwa kalau nyonya yang satu ini sudah mengenakan kain, top deh.
Dan dia tidak selalu mengenakan kebaya ala Sala. Seperti pagi
itu, Titi mengenakan kebaya kurung dari bahan batik dan bawahnya
sarung dari kain tetoron polos, semuanya berwarna coklat. Ia
sudah berpengalaman dalam dunia kecantikan 23 tahun lamanya (dan
ketua perkumpulan kecantikan Indonesia Wijaya Kusuma). Katanya:
"Warna biru dan coklat sekarang sedang saya gemari. Entah
mengapa, setiap tahun berubah warna favorit saya. Semakin tua,
semakin senang saya akan warna gelap" Tambahnya lagi: "Mestinya
wanita itu berpakaian yang serasi dengan bentuk tubuh dan
kepribadian. Sekarang ini, di kalangan atas cenderung untuk
mengenakan busana murah, tapi dengan kombinasi yang serasi dan
rapi". Batik dan katun, sangat digemari dan kain seperti brukat,
sudah banyak yang tidak mengenakannya lagi. "Sekarang, banyak
orang yang sudah menyimpan berliannya. Berlian yang mengkilat,
tidak disukai. Tapi perhiasan antik walaupun hanya tiruan, lebih
banyak digemari. Tapi kok kalangan menengah ke bawah, justru
sebaliknya, mereka lebih senang menonjolkan kemewahan".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini