Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Wisuda di ipb

Siti hutami endang adiningsih, 23, putri presiden soeharto, diwisuda di ipb. mengambil jurusan statistika dan komputasi. skripsinya berjudul "ciri-ciri antropometri". kesannya selama jadi mahasiswa.

10 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA pemalu, pintar matematika, dan tak mau diistimewakan. Pergi kuliah diantarkan sopir, pulangnya jalan kaki atau naik bemo dengan teman-teman. Ia penggemar setia taoge goreng di Pasar Gembrong, Bogor. Ia bernama Siti Hutami Endang Adiningsih, 23 tahun, putri bungsu Presiden Soeharto. Sabtu dua pekan lalu Mamiek, begitulah panggilan sehari-harinya, diwisuda di Institut Pertanian Bogor. Mahasiswi Jurusan Statistika dan Komputasi ini menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya, empat tahun. Ia -- yang masuk IPB lewat Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada 1983 dari SMA Theresia, Jakarta, hingga tak perlu mengikuti tes masuk -- memang kerja keras. "Kuliahnya sangat mencapekkan. Apalagi di tingkat satu, kuliah pagi, siang, dan malam, hampir tiap hari," tuturnya kepada Linda Djalil dari TEMPO, di teras tempat tinggalnya, Jalan Cendana 6, Jakarta, pekan lalu. Toh, gadis sederhana ini betah di Bogor. Baginya, "Bogor kota yang nikmat, udaranya enak dan bersih. Kalau malam dingin, enak untuk belajar," tutur gadis berkaca mata minus lima ini. Berapa kali selama kuliah ia ditengok orangtua? Mamiek mengenakan blus biru dan rok bawah abu-abu sederhana, menjawab, "Hanya sekali, selama empat tahun itu saya ditengok. Itu pun Bapak dan Ibu datangnya malam-malam, supaya nggak ada yang tahu." Tapi, tentu saja, ia bisa memaklumi semua itu. Guna mengumpulkan bahan buat skripsinya, berjudul Ciri-ciri Antropometri, Mamiek melakukan riset di perkebunan-perkebunan Wamena (Irian Jaya), PTP VIII Medan, dan Jawa Barat. "Tadinya, Bapak hampir tak memberikan izin ke Irian. Mungkin soal keamanan. Tapi kemudian boleh," tuturnya. Kepada direktur perkebunan tempatnya melakukan riset, Mamiek selalu berpesan agar identitasnya sebagai anak presiden dirahasiakan, "Supaya tak merepotkan." Di perkebunan, pendekar Merpati Putih ini dikawal oleh saudara sepupunya, wanita juga. Ia belum bersedia mengungkapkan cita-citanya. Hanya katanya, "Yang jelas, sejak dulu saya ingin menjadi pegawai negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus